Kata Pilihan Dalam Surah Faathir (35) Ayat 22
Lafaz ini berbentuk jamak, mufradnya adalah al hayy yang berarti "yang hidup," lawan yang mati.
Ia juga bermakna setiap yang berbicara.
Apabila ia disandarkan kepada tumbuh-tumbuhan seperti al hayy minan nabat berarti yang segar lagi basah dan bergerak.
Ungkapan laa ya’riful hayyi minal layy bermakna dia adalah orarig yang bodoh yaitu kiasan kepada orang yang tidak tahu yang hak (benar) dan yang batil.
Al hayaah berarti kehidupan yaitu ungkapan tentang kekuatan yang bercampur mengisyaratkan perasaan dan gerakan.
Apabila disandarkan kepada Allah bermakna al baqa’ yaitu berkekalan.
Al Fayruz Abadi mengatakan, al haya (kehidupan) digunakan pada beberapa keadaan dan perkara yaitu :
• Untuk kekuatan yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan dan hewan.
• Untuk kekuatan yang sensitif dan karenanya binatang dinamakan hewan.
Allah menyatakan, inna ladzii ahyaahaa adalah isyarat kepada adanya kekuatan yang tumbuh (al quwwah an namiyah), dan Allah rnenyatakan, adalah isyarat kepada adanya kekuatan sensitif (al-quwwah al hassasah).
• Untuk kekuatan yang berilmu dan berakal.
• Ungkapan berkenaan dengan menghapuskan kesamaran.
Dalam hal ini, penyair ‘Udai bin Ar Ra’la’ berkata,
"Bukanlah orang yang mati itu akan beristirahat dengan kematiannya, tetapi kematian adalah kehidupan bagi yang mati."
• Kehidupan akhirat yang kekal sebagaimana Allah berfirman,
yaa laitanii qaddamtu li hayatii
(Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu beramal untuk kehidupanku ini), berarti kehidupan akhirat yang kekal.
• Kehidupan yang bermaksud sifat bagi Allah yang berarti dia tidak akan mati dan hal itu tidak berlaku kecuali hanya Allah saja,
Lafaz ahyaa disebut lima kali di dalam Al Qur’an yaitu dalam surah:
• Al Baqarah (2), ayat 154;
• Ali Imran (3), ayat 169;
• An Nahl (16), ayat 21;
• Faathir (35), ayat 22;
• Al Mursalat (77), ayat 26.
Menurut Ibnu Katsir, pengertian ayat 154 dalam surah Al Baqarah adalah Allah mengabarkan, para syuhada di alam barzakh tetap hidup dan diberi karunia.
Al Qurtubi berkata tentang pentafsiran ayat 169 dalam surah Ali Imran, para syuhada tetap hidup di dalam syurga sebagai kurniaan.
Jasad mereka mati, namun hati mereka hidup sebagaimana roh-roh mukmin.
Mereka diberi rezeki di dalam syurga semenjak mereka syahid sehingga seakan-akan kehidupan dunia kekal buat mereka.
Dalam surah An Nahl, lafaz ahyaa digabungkan dengan kata ghair untuk menerangkan sifat berhala yang memiliki maksud yang tidak hidup atau mati.
Jadi mengapa (kamu) menyembah berhala yang mati, padahal kamu lebih mulia daripadanya karena ada kehidupan pada diri kamu.
Berkenaan ayat dalam surah Faathir, Ats Tsa’labi berkata,
al hayy adalah muslim dan al mayyit adalah orang kafir.
Az Zujjaj berpendapat, al ahyaa’ ialah orang mukmin dan al amwaat adalah orang kafir.
Dalilnya adalah sebagaimana Allah menyatakan pada surah An• Nahl.
Lafaz ahyaa’ dalam Al Qur’an mengandung dua makna.
Pertama, ia bermaksud yang hidup, sebagaimana pada surah An Nahl dan Al Mursalat.
Kedua, ia bermaksud kiasan bagi para syuhada dan lain-lain sebagaimana dalam surah Al Baqarah, Ali Imran dan Faathir.
Sumber : Kamus Al Qur’an, PTS Islamika SDN BHD, Hal:34-35