Kata Pilihan Dalam Surah As Sajdah (32) Ayat 4
Lafaz ini mengisyaratkan bilangan antara tujuh dan lima, digunakan untuk mudzakkar dan sitt untuk mu’annats.
Lafaz sittah disebut tujuh kali di dalam Al Qur’an yaitu dalam surah:
• Al A’raaf (7), ayat 54;
• Yunus (10), ayat 3;
• Hud (11), ayat 7;
• Al Furqaan (25), ayat 59;
• As Sajadah (32), ayat 4;
• Qaf (50), ayat 38 ;
• Al Hadid (57), ayat 4.
Keseluruhan lafaz sittah di dalam Al Qur’an dihubungkan dengan lafaz ayyaam yaitu hari dan kesemuanya bercerita mengenai penciptaan langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya.
Maksudnya, Allah mencipta langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya selama enam hari.
Muhammad Rasyid Rida berkata,
"Enam hari adalah hari-hari Allah sebagai batasan penciptaan Nya dan tidak masuk akal enam hari itu bermaksud seperti harihari manusia di muka bumi ini yang dibatasi malam dan siang yang terdiri dari 24 jam.
Ini karena, hari-hari itu ada setela Allah menjadikan bumi ini."
Mengenai zaman dan unsur penciptaan langit dan bumi, ia diterangkan dalam surah Fushshilat (41) ayat 9-12 yang artinya,
Katakanlah: "Sesungguhnya patutkah kamu kafir kepada Yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagi• Nya? (Yang bersifat) demikian itu adalah Rabb semesta alam".
Dan dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya dalam empat masa.
(Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa".
Keduanya menjawab:
"Kami datang dengan suka hati".
Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa.
Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya.
Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Allah juga menjelaskan asal penciptaan dan keadaan unsur keduanya dalam surah Al Anbiyaa (21) ayat 30 yang artinya,
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya.
Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup.
Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Dari sini diketahui, hari pertama atau masa pertama dari hari-hari bumi diciptakan adalah masa atau zaman yang ada di dalamnya seperti asap ketika dipisahkan dari satu benda atau unsur yang bercantum.
Dijadikan darinya segala sesuatu secara langsung maupun tidak langsung.
Hari kedua adalah zaman di mana dalam bentuk air setela ia menjadi asap atau uap.
Hari ketiga adalah zaman yang terbentuk di dalamnya sesuatu yang kering dan gununggunang yang menetap.
Hari keempat adalah zaman yang tampak darinya jenis-jenis yang hidup dari air yaitu tumbuh-tumbuhan dan hewan.
Sedangkan langit secara umumnya menurut ahli bumi diciptakan dari unsurnya yang berbentuk uap atau asap pada dua masa atau dua hari seperti dua masa dalam penciptaan bentuk bumi.
Kesimpulannya, makna sittah ialah enam.
Sumber : Kamus Al Qur’an, PTS Islamika SDN BHD, Hal:300-301