Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka apabila langit telah terbelah.
(QS. Ar-Rahman [55]: 37)
Yakni kelak di hari kiamat, seperti yang ditunjukkan oleh ayat-ayat sebelumnya dan yang sesudahnya dalam surat ini, juga ayat-ayat lainnya yang semakna, misalnya firman-Nya:
dan terbelahlah langit, karena pada hari itu langit menjadi lemah.
(QS. Al-Haqqah [69]: 16)
Dan (ingatlah) hari (ketika) langit pecah belah mengeluarkan kabut putih dan diturunkanlah malaikat bergelombang-gelombang.
(QS. Al-Furqaan [25]: 25)
Dan firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Apabila langit terbelah dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh.
(QS. Al-Insyiqaq [84]: 1-2)
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala:
dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
(QS. Ar-Rahman [55]: 37)
Yaitu lebur sebagaimana leburnya emas dan perak dalam penuangannya, dan berwarna-warni sebagaimana warna-warni obat celup;
maka adakalanya berwarna merah, adakalanya kuning, adakalanya hijau, dan adakalanya biru.
Demikian itu terjadi karena kerasnya azab dan dahsyatnya kejadian hari kiamat yang sangat besar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdul Malik, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abus Sahba, telah menceritakan kepada kami Naff alias Abu Galib Al-Bahili, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Manusia kelak dibangkitkan pada hari kiamat, sedangkan langit berjatuhan menimpa mereka bagaikan hujan gerimis.
Al-Jauhari mengatakan bahwa at-tasysyu artinya hujan gerimis.
Ad-Dahhak telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
(QS. Ar-Rahman [55]: 37)
Yakni seperti kulit yang berwarna merah.
Abu Kadinah telah meriwayatkan dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan menjadi merah mawar seperti (kilapan) minyak.
(QS. Ar-Rahman [55]: 37)
Yaitu seperti warna kulit kuda yang merah.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah warnanya berubah.
Abu Saleh mengatakan bahwa pada mulanya seperti kuda yang berwarna merah, sesudah itu kelihatan mengilap seperti kilapan minyak.
Imam Al-Bagawi dan lain-lainnya menceritakan bahwa bunga mawar jika musim semi berwarna kuning dan musim dingin berwarna merah, jika dinginnya terlalu ekstrim berubah warnanya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, bahwa bunga mawar itu beragam warnanya.
As-Saddi mengatakan, bahwa bunga mawar itu warnanya ada yang seperti merah beghal, ada pula seperti minyak yang mendidih.
Mujahid mengatakan bahwa ad-dihan artinya seperti warna minyak yang mengilap.
Ata Al-Khurrasani mengatakan seperti warna minyak mawar yang merah kekuning-kuningan.
Qatadah mengatakan bahwa warna langit sekarang adalah biru, dan pada hari itu warnanya berubah menjadi kemerah-merahan, yaitu di hari langit menjadi beraneka ragam warnanya.
Abul Jauza mengatakan warnanya sebening warna minyak.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa langit di hari itu seperti minyak yang mencair, karena terkena panasnya neraka Jahanam.