(Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Sungguh, Dia Mahateliti apa yang kamu kerjakan.
―QS. 27:88
(It is) the work of Allah, who perfected all things.
Indeed, He is Acquainted with that which you do.
―QS. 27:88
وَتَرَى | dan kamu lihat
And you see
|
---|---|
ٱلْجِبَالَ | gunung-gunung
the mountains,
|
تَحْسَبُهَا | kamu mengiranya
thinking them
|
جَامِدَةً | beku/tidak bergerak
firmly fixed,
|
وَهِىَ | dan/padahal dia
while they
|
تَمُرُّ | berjalan
will pass
|
مَرَّ | perjalanan
(as the) passing
|
ٱلسَّحَابِ | awan
(of) the clouds.
|
صُنْعَ | perbuatan
(The) Work
|
ٱللَّهِ | Allah
(of) Allah
|
ٱلَّذِىٓ | yang
Who
|
أَتْقَنَ | menyempurnakan/kokoh
perfected
|
كُلَّ | segala
all
|
شَىْءٍ | sesuatu
things.
|
إِنَّهُۥ | sesungguhnya Dia
Indeed, He
|
خَبِيرٌۢ | Maha mengetahui
(is) All-Aware
|
بِمَا | dengan apa/tentang apa
of what
|
تَفْعَلُونَ | kamu kerjakan
you do.
|
Tafsir surah An Naml (27) ayat 88
Tafsir QS. An Naml (27) : 88. Oleh Kementrian Agama RI
Pada ayat ini, Allah menerangkan bahwa gunung-gunung yang sekarang kelihatannya kokoh berdiri di tempatnya, nanti pada hari Kiamat akan dicabut dari bumi kemudian diterbangkan bagaikan bulu di udara dan berjalannya awan.
Firman Allah:
Dan gunung-gunung bagaikan bulu (yang beterbangan). (al-Ma’arij [70]: 9)
Ada dua pendapat ulama tafsir mengenai pernyataan ayat ini bahwa gunung-gunung akan diterbangkan di udara seperti jalannya awan, atau dalam ayat lain seperti bulu ditiup oleh angin.
Pendapat pertama, yang merupakan pendapat sebagian besar mufasir, mengemukakan bahwa ayat ini berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, seperti dalam firman Allah:
Pada hari (ketika) langit berguncang sekeras-kerasnya, dan gunung berjalan (berpindah-pindah). (ath-Thur [52]: 9-10 )
Dan firman-Nya:
Dan gunung-gunung pun dijalankan sehingga menjadi fatamorgana. (an-Naba’ [78]: 20)
Dalam firman-Nya yang lain:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi di ganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa. (Ibrahim [14]: 48)
Kejadian-kejadian yang amat dahsyat ini terjadi pada hari Kiamat setelah tiupan sangkakala yang kedua kalinya, dimana semua manusia dibangkitkan dari kuburnya dan mereka menyaksikan segala macam peristiwa yang sangat dahsyat itu dengan sikap yang berbeda-beda.
Pendapat yang kedua mengenai tafsir ayat 88 ini, yakni pendapat ulama ahli falak, menyatakan bahwa ayat ini bukan berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat, tetapi dengan fenomena alam di dunia.
Ayat ini mengatakan,
“Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan.”
Ia dijadikan dalil bahwa bumi berputar seperti planet-planet lain pada garis edar yang telah ditentukan, hanya saja manusia sebagai penghuni bumi tidak merasakannya.
Alasan ulama falak, bahwa ayat 88 ini berhubungan dengan peristiwa sekarang dan bukan dengan peristiwa hari Kiamat, adalah:
1. Ayat ini tidak dapat dimasukkan dalam kategori ancaman atau menakut-nakuti dengan kedahsyatan hari Kiamat karena di belakangnya di sambung dengan kata-kata:
(Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Oleh karena itu, ayat ini lebih tepat bila dihubungkan dengan masa sekarang, di mana manusia sebagai penghuni bumi menyangka bahwa bumi ini diam, demikian pula gunung-gunung yang berada di atas permukaannya.
Padahal, bumi bersama gunung-gunung itu berjalan atau beredar sebagai jalannya awan.
2. Gunung-gunung itu diterbangkan untuk dihancurkan pada hari Kiamat, dan terjadi bersamaan dengan kehancuran alam semesta, termasuk kematian seluruh manusia.
Hanya beberapa malaikat saja yang tetap hidup.
Jika pada hari setelah tiupan sangkakala yang pertama tidak ada lagi manusia yang hidup, bagaimana dapat dikatakan bahwa nanti mereka akan melihat gunung-gunung yang disangka diam, padahal ia berjalan seperti jalannya awan.
3. Orang-orang di Padang Mahsyar yang menyaksikan gunung-gunung berjalan seperti jalannya awan, tentu sadar dan melihat dengan mata kepala sendiri sehingga tidak pantas dikatakan bahwa mereka menyangka gunung-gunung itu diam saja di tempatnya.
Berlainan sekali jika dihubungkan dengan masa sekarang, karena memang manusia tidak dapat merasakan bahwa gunung-gunung itu bergerak dan berjalan di angkasa sebagaimana jalannya awan, karena gunung-gunung itu ikut bergerak bersama bumi, dan udara yang ada di sekitarnya.
Dengan pengertian yang demikian, maka barulah cocok dengan kata-kata:
(Itulah) ciptaan Allah yang mencipta dengan sempurna segala sesuatu.
Kata-kata yang indah ini tidak patut dikemukakan pada konteks hari Kiamat yang penuh dengan ancaman dan ketakutan terhadap kehancuran seluruh alam semesta.
Demikianlah kedua pendapat tentang tafsir ayat 88 ini.
Sebagian besar mufasir menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa hari Kiamat.
Sebagian lagi yang terdiri dari ulama falak menerangkan bahwa ayat itu berhubungan dengan peristiwa sekarang, dan dijadikan dalil bahwa semua yang ada di atas bumi termasuk gunung-gunung bergerak, berjalan di angkasa sebagaimana berjalannya awan.
Perbedaan penafsiran itu tidak mengenai pada tataran arti, namun hanya menyangkut waktu terjadinya.
Karena kejadian ini termasuk dalam alam gaib, maka lebih baik perhatian manusia dititikberatkan kepada perbaikan amalnya.
Oleh karena itu, pada akhir ayat itu dinyatakan bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakan manusia.
Menurut pandangan saintis, bumi merupakan planet terbesar kelima dari sembilan planet yang ada di tata surya.
Bentuknya mirip dengan bola bundar, dengan keliling sekitar 12.743 km.
Luas permukaan bumi diperkirakan sekitar 510 juta km2. Sekitar 29% permukaan bumi adalah daratan, sedangkan sisanya berupa lautan.
Bumi terdiri dari beberapa lapisan yang secara garis besar dibagi menjadi 3 bagian.
Bagian paling atas disebut kerak bumi dan ketebalannya bervariasi dari 0-100 km di mana ke arah kontinen makin menebal.
Di bawahnya terdapat mantel dengan kedalaman sampai 2.900 km.
Bagian paling dalam disebut inti bumi dengan kedalaman dari 2.900-6.370 km.
Pembagian ini didasarkan pada analisa gelombang gempa dan masing-masing bagian tersebut mempunyai sifat fisis yang berbeda.
Inti bumi misalnya mempunyai sifat fisis layaknya benda cair.
Pembagian ini pada dasarnya dapat diperinci lebih detail.
Manusia berada pada lapisan bumi bagian atas, yakni kerak bumi.
Sampai paruh abad 20, bidang kebumian ditandai oleh perdebatan tentang continental drift (kontinen yang mengapung).
Mereka yang tidak setuju, disebut fixists, sedang yang setuju disebut mobilists.
Menurut kubu mobilist, continental mengapung dan bergerak di atas mantel.
Kalau kita melihat peta dunia, maka dengan amat mudah kita melihat benua Afrika dan benua Amerika [Selatan] bila diimpitkan, maka garis pantai keduanya relatif berimpit.
Jadi, pada dasarnya semua benua yang ada semula berupa satu benua yang satu, yang disebut Pangea, kemudian pecah dan bergerak ke tempat yang sekarang kita lihat.
Data ilmiah seperti data kemagnitan purba, kesamaan fosil maupun kesamaan formasi geologi mendukung teori ini.
Dan engkau akan melihat gunung-gunung, yang engkau kira tetap di tempatnya, padahal ia berjalan (seperti) awan berjalan.
Perdebatan ini terus berlangsung dan puncaknya pada tahun enam puluhan.
Pada saat itu, terjadilah revolusi pemikiran di bidang ilmu geologi dan pemikiran kaum mobilists mulai diterima secara luas.
Penemuan punggungan tengah samudra di Samudra Atlantik dan Samudra Pasifik yang didukung data geologi dan geofisika, khususnya data magnetik, memperlihatkan adanya pemekaran dasar samudra di mana dua lempeng saling bergerak menjauh.
Pada lantai samudra ini, magma dengan suhu sangat tinggi yang berasal dari mantel bumi naik ke atas membentuk punggungan tengah samudra
Dari dua konsep di atas, Apungan Benua dan Pemekaran Samudra, lahir konsep Tektonik Lempeng yang berkembang sangat cepat sejak tahun 1967 dan memiliki implikasi terhadap seluruh aspek geologi termasuk gempa bumi, gunung api, sampai pada perkembangan cekungan hidrokarbon maupun endapan-endapan mineral.
Teori ini mengatakan bahwa bumi bagian atas terdiri dari lempengan-lempengan litosfer yang terdiri dari kerak bumi dan mantel bagian atas yang mengapung dan bergerak di atas bagian mantel yang disebut astenosfer.
Lempeng-lempeng litosfer bergerak dan saling berinteraksi satu sama lain.
Pada tempat-tempat saling bertemu, pertemuan lempengan ini menimbulkan gempa bumi.
Sebagai contoh adalah Indonesia yang merupakan tempat pertemuan tiga lempeng:
Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia.
Bila dua lempeng bertemu, maka terjadi tekanan (beban) yang terus menerus, dan bila lempengan tidak tahan lagi menahan tekanan (beban), maka lepaslah beban yang telah terkumpul ratusan tahun itu, dan dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi, seperti firman Allah:
Apabila bumi diguncangkan dengan guncangan yang dahsyat, dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya,
“Apa yang terjadi pada bumi ini?”
Pada hari itu bumi menyampaikan beritanya. (al-Zalzalah [99]: 1-4)
Pada hari itu, bumi menceritakan beritanya.
Beban berat yang dikeluarkan dalam bentuk gempa bumi merupakan satu proses geologi yang berjalan bertahun-tahun.
Begitu seterusnya, setiap selesai beban dilepaskan, kembali proses pengumpulan beban terjadi.
Proses geologi atau berita geologi ini dapat direkam, baik secara alami maupun dengan menggunakan peralatan geofisika ataupun geodesi.
Sebagai contoh adalah gempa-gempa yang beberapa puluh atau ratus tahun yang lalu, peristiwa pelepasan beban direkam dengan baik oleh terumbu karang yang berada dekat sumber gempa.
Pada masa modern, pelepasan energi ini terekam oleh peralatan seismograf (pencatat gempa) maupun peralatan geodesi yang disebut GPS (Global Position System).
Wahai Muhammad, kamu pasti menyangka bahwa gunung-gunung itu diam tak bergerak.
Padahal sebenarnya tidak demikian.
Gunung-gunung itu bergerak cepat bagai awan.
Itulah sebagian dari ciptaan Allah, Pencipta segala sesuatu dengan sempurna.
Allah subhanahu wa ta’ala mengetahui secara terperinci apa yang diperbuat oleh manusia berupa ketaatan dan kemaksiatan.
Dan Allah akan memberikan balasan pada amal perbuatan itu[1].
[1] Ayat ini memberikan penjelasan bahwa segala benda yang tunduk pada hukum gravitasi bumi, termasuk lautan, daratan, gunung- gunung, atmosfer dan benda-benda lainnya, berotasi bersama-sama bumi dan berputar pula mengelilingi matahari.
Proses pergerakan itu akan mengakibatkan separo belahan bumi akan mengalami kegelapan selama enam bulan, sedang paroan lain akan mengalami siang yang terang benderang selama masa yang sama.
Tetapi kita, sebagai penduduk bumi, tidak merasakan gerak perputaran itu.
Persis saat kita menyaksikan gerak awan di udara yang tidak menimbulkan bunyi.
Dan Allah Maha Kuasa untuk menjadikan bumi berhenti, tidak berotasi pada porosnya atau menjadikan masa rotasinya sama dengan masa yang dipergunakan bumi mengelilingi matahari (evolusi).
Dengan begitu separo permukaan bumi akan mengalami malam yang gelap gulita dan separo yang lain mengalami siang terang benderang sepanjang tahun.
Hal itu tentu dapat berakibat hilangnya keseimbangan temperatur bumi secara keseluruhan.
Pada gilirannya, hal terakhir ini akan mengakibatkan musnahnya semua makhluk yang ada di bumi.
Allah subhanahu wa ta’ala membuat semua aturan dengan sangat teliti itu, sebagai wujud kasih sayang kepada hamba-Nya.
Meskipun Aristarkhos (310-230 S.
M), seorang ahli falak Yunani telah menulis tentang rotasi bumi, tulisannya itu belum sampai kepada kalangan Arab pada masa Muhammad ﷺ.
atau sebelumnya.
Orang pertama di kalangan Arab yang menyinggung masalah ini adalah Al-Biruni sekitar tahun 1000 M., mengiring gerakan terjemah yang terjadi pada masa dinasti Abbasiah.
Penyampaian fakta ilmiah ini melalui Muhammad ﷺ.
sebelum ia sendiri tahu tentang hal itu, adalah bukti bahwa Alquran benar-benar wahyu yang difirmankan oleh Allah subhanahu wa ta’ala
Dan kamu melihat gunung-gunung, kamu mengira berdiri tegak namun ia berjalan dengan cepat layaknya gerakan awan yang dihembuskan angin.
Dan ini adalah ciptaan Allah yang menciptakan segala sesuatu yang sangat bagus dan canggih.
Sesungguhnya Allah Maha Mengenal apa yang kalian lakukan wahai manusia, baik berupa kebaikan maupun keburukan dan Dia akan membalas kalian atas itu.
(Dan kamu lihat gunung-gunung itu) yakni kamu saksikan gunung-gunung itu sewaktu terjadinya tiupan malaikat Israfil
(kamu sangka dia)
(tetap) diam di tempatnya karena besarnya
(padahal ia berjalan sebagai jalannya awan) bagaikan hujan yang tertiup angin, maksudnya gunung-gunung itu tampak seolah-olah tetap, padahal berjalan lambat saking besarnya, kemudian jatuh ke bumi lalu hancur lebur kemudian menjadi abu bagaikan bulu-bulu yang beterbangan.
(Begitulah perbuatan Allah) lafal Shun’a merupakan Mashdar yang mengukuhkan jumlah sebelumnya yang kemudian di-mudhaf-kan kepada Fa’il-nya Sesudah ‘Amil-nya dibuang, bentuk asalnya ialah Shana’allahu Dzalika Shun’an.
Selanjutnya hanya disebutkan lafal Shun’a yang kemudian dimudhaf-kan kepada Fa’il-nya yaitu lafal Allah, sehingga jadilah Shun’allahi, artinya begitulah perbuatan Allah
(yang membuat dengan kokoh) rapih dan kokoh
(tiap-tiap sesuatu) yang dibuat-Nya
(sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan) lafal Taf’aluna dapat dibaca Yaf’aluna, yakni perbuatan maksiat yang dilakukan oleh musuh-musuh-Nya dan perbuatan taat yang dilakukan oleh kekasih-kekasih-Nya.
Adapun firman Allah subhanahu wa ta’ala:
(Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.
(QS. An-Naml [27]: 88)
Artinya, Dia melakukannya dengan kekuasaan-Nya Yang Mahabesar.
yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu.
(QS. An-Naml [27]: 88)
Yaitu yang membuat semua ciptaan-Nya dengan serapi-rapinya dan membekalinya dengan kebijakan yang diperlukan oleh masing-masingnya.
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. An-Naml [27]: 88)
Yakni Dia Maha Mengetahui semua yang diperbuat oleh hamba-hamba-Nya amal baik dan amal buruk mereka, dan kelak Dia akan memberikan balasan amal perbuatan mereka itu dengan sempurna.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan perihal orang-orang yang berbahagia dan orang-orang yang celaka di hari kiamat itu.
Maka Dia berfirman:
Barang siapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik daripadanya.
(QS. An-Naml [27]: 89)
Qatadah mengatakan bahwa dengan syarat ikhlas.
Zainul Abidin mengatakan, yang dimaksud dengan kebaikan ialah kalimah
“Tidak ada Tuhan selain Allah.”
Allah subhanahu wa ta’ala telah menjelaskan pada ayat lain bahwa pahala suatu amal kebaikan itu adalah sepuluh kali lipatnya.
|
|
---|
Lafaz ini menunjukkan makna menarik sesuatu dan memanjangkannya.
Maknanya awan, baik yang mengandung air maupun tidak.
Dinamakan awan karena ia berjalan dan saling tarik-menarik di udara sehingga berkumpul menjadi satu dengan kehendak Allah.
Jamaknya ialah suhub. Ia bisa digunakan untuk mudzakkar dan mu’annats, contohnya sahaab tsaqiil atau tsaqiilah,
Ia disebut sembilan kali di dalam Al Qur’an yaitu dalam surah:
-Al Baqarah (2), ayat 164;
-Al A’raaf (7), ayat 57;
-Ar Ra’d (13), ayat 12;
-An Nuur (24), ayat 40, 43;
-An Naml (27), ayat 88
-Ar Rum (30), ayat 48;
-Faathir (35), ayat 9;
-Ath Thur (52), ayat 44.
Sahaab ialah awan yang tunduk dengan kekuasaan Allah, berjalan berdasarkan kehendak Allah, membawa air yang lebat, lalu membasahi bumi sedikit demi sedikit.
Ka’ab Al Ahbar berkata,
“Awan adalah tapisan hujan, sekiranya tidak ada awan, pasti hujan itu akan membinasakan apa yang terdapat di bumi.”
Dalam surah An Nuur, ayat 43, Allah menjalankan awan dengan kekuasaan Nya dan ia masih lemah, lalu dia mengumpulkannya selepas terpisah-pisah, dan menjadikannya bertindih-tindih sehingga menjadi tebal, kemudian turunlah hujan dari celah-celahnya ke bumi yang mati yang dibawa oleh angin.
Dinamai dengan “An Naml”, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan “An Naml” (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan tentaranya yang akan lalu di tempat itu.
Mendengar perintah raja semut kepada anak buahnya itu, Nabi Sulaiman tersenyum dan ta’jub atas keteraturan kerajaan semut itu dan beliau mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan nikmat kepadanya, berupa kerajaan, kekayaan, memahami ucapan-ucapan binatang, mempunyai tentara yang terdiri atas jin, manusia, burung dan sebagainya.
Nabi Sulaiman ‘alaihis salam yang telah diberi Allah nikmat yang besar itu tidak merasa takabur dan sombong, dan sebagai seorang hamba Allah mohon agar Allah memasukkannya ke dalam golongan orang-orang yang saleh.
Allah subhanahu wa ta’ala menyebut binatang semut dalam surat ini agar manusia mengambil pelajaran dari kehidupan semut itu.
Semut adalah binatang yang hidup berkelompok di dalam tanah, membuat liang dan ruang yang bertingkat-tingkat sebagai rumah dan gudang tempat menyimpan makanan musim dingin.
Kerapian dan kedisiplinan yang terdapat dalam kerajaan semut ini, dinyatakan Allah dalam ayat ini dengan bagaimana rakyat semut mencari perlindungan segera agar jangan terpijak oleh Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dan tentaranya, setelah menerima peringatan dari rajanya.
Secara tidak langsung Allah mengingatkan juga kepada manusia agar dalam berusaha untuk mencukupkan kebutuhan sehari-hari, mementingkan pula kemaslahatan bersama dan sebagainya, rakyat semut mempunyai organisasi dan kerja sama yang baik pula.
Dengan mengisahkan kisah Nabi Sulaiman ‘alaihis salam dalam surat ini Allah mengisyaratkan hari depan dan kebesaran nabi Muhammad ﷺ Nabi Sulaiman ‘alaihis salam sebagai seorang nabi, rasul dan raja yang dianugerahi kekayaan yang melimpah ruah, begitu pula Nabi Muhammad ﷺ, sebagai seorang nabi, rasul dan seorang kepala negara yang ummi’ dan miskin akan berhasil membawa dan memimpin umatnya ke jalan Allah.
Keimanan:
▪ Alquran adalah rahmat dan petunjuk bagi orang-orang mukmin.
▪ Ke-Esaan dan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala dan keadaan-Nya tidak memerlukan sekutu-sekutu dalam mengatur alam ini.
▪ Hanya Allah-lah Yang tahu tentang yang ghaib.
▪ Adanya hari berbangkit bukanlah suatu dongengan.
Kisah:
▪ Kisah Nabi Sulaiman `alaihis salam dengan semut, dengan burung hud-hud dan dengan ratu Balqis.
▪ Kisah Nabi Shaleh `alaihis salam dengan kaumnya.
▪ Kisah Nabi Luth `alaihis salam dengan kaumnya.
Lain-lain:
▪ Ciri-ciri orang mukmin.
▪ Alquran menjelaskan apa yang diperselisilhkan Bani Israil.
▪ Hanya orang-orang mukminlah yang dapat menerima petunjuk kejadian-kejadian sebelum datangnya kiamat dan keadaan orang-orang yang beriman dan tidak beriman waktu itu.
▪ Allah menyuruh Nabi Muhammad ﷺ dan umatnya memuji dan menyembah Allah saja dan membaca Alquran.
▪ Allah akan memperlihatkan kepada kaum musyrikin akan kebenaran ayat-ayat-Nya.
Audio

Ayat 1 sampai 93 + Terjemahan
Statistik QS. 27:88
-
Rating RisalahMuslim
Ayat ini terdapat dalam surah An Naml.
Surah An-Naml (bahasa Arab:النّمل, “Semut”) adalah surah ke-27 dalam Alquran.
Surah ini terdiri atas 93 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah dan diturunkan sesudah Surah Asy-Syu’ara.
Dinamai dengan An-Naml yang berarti semut, karena pada ayat 18 dan 19 terdapat perkataan An-Naml (semut), di mana raja semut mengatakan kepada anak buahnya agar masuk sarangnya masing-masing, supaya jangan terlindas oleh Nabi Sulaiman dan tentaranya yang akan melewati tempat itu.
Nomor Surah | 27 |
---|---|
Nama Surah | An Naml |
Arab | النمل |
Arti | Semut |
Nama lain | Sulaiman, Tha Sin |
Tempat Turun | Mekkah |
Urutan Wahyu | 48 |
Juz | Juz 19 (1-59) sampai juz 20 (60-93) |
Jumlah ruku’ | 7 ruku’ |
Jumlah ayat | 93 |
Jumlah kata | 1166 |
Jumlah huruf | 4795 |
Surah sebelumnya | Surah Asy-Syu’ara’ |
Surah selanjutnya | Surah Al-Qasas |
User Review
4.8 (20 votes)URL singkat: risalahmuslim.id/27-88
Pembahasan:
Quran 27:88, 27 88, 27-88, An Naml 88, tafsir surat AnNaml 88, An-Naml 88
Video
An-Naml ayat 88
Sebelumnya
Selanjutnya












Panggil Video Lainnya
Podcast
- 🔉 Sifat Shalat Nabi (Eps. 10): Imam Membaca “Aamiin” dengan Keras & Bacaan Setelah Al-Fatihah ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Mana yang Lebih Afdhal, Shalawat ataukah Dzikir? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 18): Malaikat Tidak Berhak untuk Diibadahi ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Apa Wanita Haid Tetap Mendapat Pahala Puasa? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Bagaimana Jika Didoakan Keburukan Orang Lain – KonsultasiSyariah
- 🔉 Haramkah Denda Pembayaran Rekening Listrik & Telpon – KonsultasiSyariah
- 🔉 Siapa Manusia yang Pertama dan Terakhir Masuk Surga – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 27): Macam-macam Sihir ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Sifat Shalat Nabi (Eps. 4): Shalat dengan Sandal ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Siapakah Orang Fasik Itu? – KonsultasiSyariah