―QS. 53:12
أَفَتُمَٰرُونَهُۥ | apakah maka kamu membantahnya Then will you dispute with him |
---|---|
عَلَىٰ | atas about |
مَا | apa yang what |
يَرَىٰ | dia lihat he saw? |
Tafsir surah An Najm (53) ayat 12
Tafsir QS. An Najm (53) : 12. Oleh Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini, Allah bertanya apakah orang-orang Quraisy akan mendustakan dan membantah Muhammad ﷺ mengenai bentuk Jibril yang telah pernah dilihat Muhammad ﷺ dengan mata kepalanya sendiri.
Apakah kalian mengingkari Rasulullah sehingga membantah apa yang telah dilihatnya dengan matanya sendiri?
Maka apakah kalian, kaum musyrik Mekah, hendak mendustakan Muhammad sallallahu alaihi wa sallam kemudian menentangnya atas ayat-ayat Tuhan yang dilihat dan disaksikannya?
Sesungguhnya, Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha, di atas langit yang ke tujuh.
Di dekatnya ada surga tempat tinggal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa.
(Muhammad melihat Jibril) ketika di Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang besar, dengan izin Allah, tidak ada yang mengetahui sifatnya kecuali Allah.
Nabi Muhammad mempunyai sifat yang mulia, yaitu teguh pendirian dan taat.
Penglihatan Muhammad tidak berpaling ke kanan dan ke kiri dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampaui yang diperintahkan.
Sesungguhnya, Muhammad telah melihat pada malam Mi’raj sebagian tanda-tanda kekuasaan dan keagungan Tuhannya yang paling besar, yaitu surga, neraka, dan sebagainya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abu Khalid, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka’b yang mengatakan bahwa para sahabat pernah bertanya,
“Wahai Rasulullah, apakah Engkau pernah melihat Tuhanmu?”
Maka beliau ﷺ menjawab:
Aku melihat-Nya dengan pandangan hatiku sebanyak dua kali.
Kemudian Rasulullah ﷺ membaca firman-Nya:
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
(QS. An-Najm [53]: 11)
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini dari Ibnu Humaid, dari Mahran, dari Musa ibnu Ubaidah, dari Muhammad ibnu Ka’b, dari sebagian sahabat Nabi ﷺ yang menceritakan bahwa kami bertanya,
“Wahai Rasulullah ﷺ, apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?”
Rasulullah ﷺ menjawab:
Aku tidak melihat-Nya dengan mataku, tetapi aku melihat-Nya dengan mata hatiku sebanyak dua kali.
Kemudian beliau ﷺ membaca firman-Nya:
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat (lagi).
(QS. An-Najm [53]: 8)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan pula kepada kami Al-Hasan ibnu Muhammad ibnus Sabah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah Al-Ansari, telah menceritakan kepadaku Abbad ibnu Mansur yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Ikrimah tentang makna firman-Nya:
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
(QS. An-Najm [53]: 11)
Maka Ikrimah menjawab,
“Apakah engkau ingin agar aku menceritakan kepadamu bahwa beliau ﷺ pernah melihat-Nya?”
Aku menjawab,
“Ya.”
Ikrimah berkata,
“Benar, beliau telah melihat-Nya, kemudian melihat-Nya lagi.”
Abbad ibnu Mansur mengatakan bahwa lalu ia bertanya kepada Al-Hasan tentang masalah ini.
Maka Al-Hasan menjawab, bahwa Nabi ﷺ pernah melihat Keagungan, Kebesaran, dan Kemuliaan-Nya.
Telah menceritakan pula kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mujahid, telah menceritakan kepada kami Abu Amir Al-Aqdi, telah menceritakan kepada kami Abu Khaldah, dari Abul Aliyah yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya,
“Apakah engkau pernah melihat Tuhanmu?”
Nabi ﷺ menjawab:
Aku melihat sungai, dan aku melihat di balik sungai ada hijab, dan aku melihat di balik hijab ada nur (cahaya);
aku tidak melihat selain itu.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Qatadah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Aku telah melihat Tuhanku.
Maka sesungguhnya hadis ini sanadnya dengan syarat sahih, tetapi hadis ini merupakan ringkasan dari hadis Manam (mimpi Nabi ﷺ), seperti yang juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad;
disebutkan bahwa:
telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar dari Ayyub dari Abu Qilabah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda:
bahwa Tuhannya datang kepadanya dalam penampilan yang terbaik —yakni dalam mimpinya—.
Lalu Tuhan berfirman,
“Hai Muhammad, tahukah kamu mengapa mala’ul a’la (para malaikat penghuni langit) berselisih?”
Aku (Nabi ﷺ) menjawab,
“Tidak.”
Lalu Allah meletakkan tangan -Nya di antara kedua tulang belikatku, hingga aku merasakan kesejukannya menembus sampai kepada kedua susuku, atau leherku, maka sejak itu aku mengetahui semua yang ada di langit dan semua yang ada di bumi.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai Muhammad, tahukah kamu, apakah yang diperselisihkan oleh al-mala’ul a’la?
Aku menjawab,
“Ya, mereka berselisih tentang kifarat-kifarat dan derajat-derajat.”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai Muhammad, apakah kifarat itu?”
Aku menjawab,
“Diam di masjid seusai menunaikan tiap-tiap salat (fardu), berjalan melangkahkan kaki menuju ke tempat-tempat salat berjamaah, dan menyempurnakan wudu di saat-saat yang tidak disukai.
Barang siapa yang mengerjakan hal tersebut, niscaya hidup dengan baik dan mati dengan baik, sedangkan mengenai dosa-dosanya (diampuni hingga) seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Hai Muhammad, apabila engkau salat, ucapkanlah doa ini, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada Engkau kekuatan untuk mengerjakan amal-amal kebaikan dan menghindari kemungkaran-kemungkaran dan menyukai orang-orang miskin.
Dan apabila Engkau hendak menimpakan cobaan kepada hamba-hamba-Mu, cabutlah aku kembali ke sisi-Mu dalam keadaan tidak terkena cobaan’.”
Nabi ﷺ bersabda,
“Dan derajat-derajat itu ialah memberi makan (kaum fakir miskin), menyebarkan salam, dan mengerjakan salat di malam hari di saat manusia tenggelam dalam tidurnya.”
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Mu’az dalam tafsir surat Sad.
Ibnu Jarir meriwayatkan hadis ini melalui jalur lain dari Ibnu Abbas dengan teks yang berbeda dan disertai tambahan yang garib.
Untuk itu Ibnu Jarir mengatakan:
telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Isa At-Tamimi, telah menceritakan kepadaku Sulaiman ibnu Umar Ibnu Sayyar, telah menceritakan kepadaku ayahku, dari Sa’id ibnu Zurabi, dari Umar ibnu Sulaiman, dari Ata, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Nabi ﷺ pernah bersabda,
“Aku pernah melihat Tuhanku dalam penampilan yang terbaik, lalu Dia berfirman kepadaku, ‘Hai Muhammad, tahukah kamu apakah yang diperselisihkan oleh al-mala’ul a’la?
Aku menjawab, ‘Tidak, wahai Tuhanku,’ lalu Dia meletakkan tangan -Nya di antara kedua tulang belikatku, maka aku merasakan kesejukannya menembus sampai ke susuku (dadaku), dan aku mengetahui semua yang terjadi di langit dan yang di bumi.
Lalu aku berkata, ‘Ya Tuhanku, mereka berselisih tentang derajat-derajat dan kifarat-kifarat;
melangkahkan kaki menuju ke salat Jumat, dan menunggu datangnya waktu salat lain sesudah menunaikan salat.’ Aku berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai khalil (kekasih)-Mu, dan Engkau telah berbicara langsung kepada Musa, dan Engkau telah melakukan anu dan anu.’ Maka Allah subhanahu wa ta’ala menjawab, ‘Bukankah Aku telah melapangkan dadamu, bukankah Aku telah menghapus semua dosamu, dan bukankah Aku telah melakukan anu untukmu dan bukankah Aku telah melakukan anu untukmu?’ Lalu Allah subhanahu wa ta’ala membukakan bagiku banyak hal yang Dia tidak memberi izin kepadaku menceritakannya kepada kalian.”
Ibnu Abbas mengatakan bahwa itulah yang dimaksud oleh firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Kitab-Nya yang mengatakan:
Kemudian dia mendekat, lalu bertambah dekat lagi, maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah atau lebih dekat (lagi).
Lalu dia menyampaikan kepada hamba-Nya (Muhammad) apa yang telah Allah wahyukan.
Hatinya tidak mendustakan apa yang telah dilihatnya.
(QS. An-Najm [53]: 8-11)
Maka Dia menjadikan cahaya penglihatanku ke dalam hatiku, dan aku melihat-Nya dengan hatiku.
Al-Hafiz ibnu Asakir telah meriwayatkan berikut sanadnya sampai kepada Hubar ibnul Aswad r.a., bahwa Atabah ibnu Abu Lahab ketika berangkat menuju negeri Syam dalam misi dagangnya, sebelumnya ia mengatakan kepada penduduk Mekah,
“Ketahuilah, bahwa aku tidak percaya dengan malaikat yang mendekat, lalu bertambah dekat lagi.”
Kemudian perkataannya itu sampai terdengar oleh Rasulullah ﷺ, maka beliau bersabda,
“Allah akan melepaskan salah seekor dari singa-singaNya untuk menyerangnya.”
Hubar mengatakan bahwa ia ada bersama kafilah yang menuju ke negeri Syam itu, lalu kami beristirahat di suatu tempat yang terkenal banyak singanya.
Hubar menceritakan bahwa ia benar-benar melihat ada seekor singa yang datang, kemudian singa itu mengendus kepala tiap-tiap orang dari kaum seorang demi seorang, hingga sampailah pada Atabah, lalu ia langsung menyambar kepalanya di antara mereka.
Ibnu Ishaq dan lain-lainnya menyebutkan di dalam kitab Sirah, bahwa peristiwa itu terjadi di Az-Zarqa, dan menurut pendapat yang lain di As-Surrah.
Disebutkan bahwa malam itu Atabah dicekam oleh rasa takut, lalu mereka menempatkan Atabah di tengah-tengah di antara mereka;
mereka tidur di sekelilingnya.
Lalu datanglah seekor singa dan mengaum, kemudian melangkahi mereka semua menuju ke tempat Atabah dan langsung menyambar kepalanya.
Nama “An Najm” (Bintang), diambil dari perkataan “An Najm” yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Allah bersumpah dengan “An Najm” (bintang) adalah karena bintang-bintang yang timbul dan tenggelam, amat besar manfaatnya bagi manusia sebagai pedoman bagi manusia dalam melakukan pelayaran di lautan, dalam perjalanan di padang pasir, untuk menentukan peredaran musim dan sebagainya.
Keimanan:
▪ Alquran adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ dengan perantaraan Jibril `alaihis salam.
▪ Kebatilan penyembah berhala.
▪ Tak ada seseorangpun memberi syafa’at tanpa izin Allah.
▪ Tiap-tiap orang hanya memikul dosanya sendiri.
Hukum:
▪ Kewajiban menjauhi dosa-dosa besar.
▪ Kewajiban bersujud dan menyembah Allah saja.
Lain-lain:
▪ Nabi Muhammad ﷺ melihat malaikat Jibril 2 kali dalam bentuk aslinya, yaitu sekali waktu menerima wahyu pertama, dan sekali lagi di Sidratul Muntaha.
▪ Anjuran supaya manusia jangan mengatakan dirinya suci karena Allah sendirilah yang mengetahui siapa yang takwa kepada-Nya.
▪ Orang-orang musyrik selalu memperolok-olokkan Alquran.
Audio

Ayat 1 sampai 62 + Terjemahan
Statistik QS. 53:12
- Rating RisalahMuslim
Ayat ini terdapat dalam surah An Najm.
SuraH An-Najm (bahasa Arab :النّجْم) adalah surah ke-53 dalam Alquran.
Surah ini terdiri atas 62 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah dan diturunkan sesudah surah Al-Ikhlas.
Nama An Najm yang berarti bintang, diambil dari perkataan An Najm yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Nomor Surah | 53 |
---|---|
Nama Surah | An Najm |
Arab | النجم |
Arti | Bintang |
Nama lain | – |
Tempat Turun | Mekkah |
Urutan Wahyu | 23 |
Juz | Juz 27 |
Jumlah ruku’ | 3 ruku’ |
Jumlah ayat | 62 |
Jumlah kata | 359 |
Jumlah huruf | 1432 |
Surah sebelumnya | Surah At-Tur |
Surah selanjutnya | Surah Al-Qamar |
User Review
4.5 (15 votes)URL singkat: risalahmuslim.id/53-12
Pembahasan:
Quran 53:12, 53 12, 53-12, An Najm 12, tafsir surat AnNajm 12, An-Najm 12
Video
Surah An Najm ayat 12
Sebelumnya
Selanjutnya












Panggil Video Lainnya
Podcast
- 🔉 Apakah Manusia Lebih Mulia Dibandingkan Jin – KonsultasiSyariah
- 🔉 Apa itu Pohon Tauhid dan Pohon Syirik – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 18): Malaikat Tidak Berhak untuk Diibadahi ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Kapan Waktu Berakhirnya Salat Sunnah Qabliyah – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 62): Ingkar Terhadap Takdir ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Hukum Donor ASI – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 67): Meminta Allah Sebagai Perantara Kepada Makhluk ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Hukum Bersuara ketika Sendawa – KonsultasiSyariah
- 🔉 Adakah Shalat Sunah Qabliyah Maghrib? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Apakah Genangan Air Hujan Najis? – KonsultasiSyariah