Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Allah subhanahu wa ta’ala, menyebutkan tentang kedustaan, buat-buatan, dan kebohongan orang-orang musyrik dalam tuduhan mereka terhadap Nabi ﷺ, bahwa sesungguhnya Alquran yang dibacakan oleh Muhammad kepada mereka tiada lain diajarkan oleh seorang manusia kepadanya.
Lalu mereka mengisyaratkan kepada seorang lelaki ‘Ajam yang ada di antara mereka, yaitu seorang pelayan milik salah satu puak dari kabilah Quraisy.
Lelaki itu seorang pedagang yang menjajakan barang-barangnya di Safa.
Adakalanya Rasulullah ﷺ duduk dengannya dan berbincang-bincang dengannya mengenai sesuatu hal.
Padahal orang tersebut berbahasa ‘Ajam, tidak mengetahui bahasa Arab, atau hanya mengetahui sedikit bahasa Arab, menyangkut keperluannya yang darurat untuk berkomunikasi.
Karena itulah Allah membantah tuduhan tersebut melalui firman-Nya:
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedangkan Alquran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Dengan kata lain, mana mungkin Alquran yang bahasanya sangat fasih, berparamasastra sangat tinggi, dan mengandung makna-makna yang sempurna lagi mencakup segalanya —yang menjadikannya jauh lebih sempurna daripada makna-makna yang terkandung di dalam semua kitab yang diturunkan kepada kaum Bani Israil— merupakan buah dari pelajaran yang diterimanya! Dan mana mungkin dia belajar dari seorang ‘Ajam (non-Arab)! Jelas hal ini tidak akan dikatakan oleh seorang yang berakal rendah pun.
Muhammad ibnu Ishaq di dalam kitab As-Sirah mengatakan,
“Dahulu Rasulullah ﷺ —menurut berita yang sampai kepadaku— sering duduk di Marwah di tenda (jongko) seorang budak beragama Nasrani bernama Jabar, dia adalah seorang budak milik seseorang dari Banil Hadrami.”
Maka Allah menurunkan firman-Nya:
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata,
“Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).”
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedangkan Alquran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdullah ibnu Kasir.
Dari Ikrimah dan Qatadah, disebutkan bahwa nama budak itu Ya’isy.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ahmad ibnu Muhammad At-Tusi, telah menceritakan kepada kami Abu Amir, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Tuhman, dari Muslim ibnu Abdullah Al-Malai, dari Mujahid, dari ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan kepada seorang penyanyi di Mekah, namanya Bal’am, padahal dia berbahasa ‘Ajam.
Orang-orang musyrik melihat Rasulullah ﷺ sering mengunjunginya, lalu mereka mengatakan,
“Sesungguhnya dia diajari oleh Bal’am,”
Maka Allah menurunkan firman berikut:
sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata,
“Sesungguhnya Alquran itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).”
Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan (bahwa) Muhammad belajar kepadanya bahasa ‘Ajam, sedangkan Alquran adalah dalam bahasa Arab yang terang.
Ad-Dahhak ibnu Muzahim mengatakan bahwa budak lelaki tersebut adalah Salman Al-Farisi.
Tetapi pendapat Ad-Dahhak ini lemah, karena ayat ini adalah ayat Makkiyyah, sedangkan Salman baru masuk Islam di Madinah.
Ubaidillah ibnu Muslim mengatakan,
“Dahulu kami mempunyai dua orang budak Romawi yang membaca kitab milik keduanya dengan bahasanya.
Dan tersebutlah bahwa Nabi ﷺ mampir kepada keduanya, lalu berdiri dan mendengarkan bacaan yang dilakukan keduanya.
Maka orang-orang musyrik mengatakan,
“Muhammad sedang belajar dari kedua orang itu.’ Maka Allah subhanahu wa ta’ala, menurunkan ayat ini.”
Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa’id ibnul Musayyab yang mengatakan bahwa orang yang melancarkan tuduhan ini adalah seorang lelaki dari kalangan kaum musyrik yang pernah bertugas menjadi juru tulis wahyu bagi Rasulullah ﷺ Tetapi dia murtad sesudah masuk Islam, lalu ia melancarkan tuduhan ini, semoga Allah melaknatnya.