Kata Pilihan Dalam Surah An Nabaa (78) Ayat 40
Ism fa’il mufrad dari kata kafara, arti bahasanya tidak beriman dengan ketuhanan, kenabian, syari’at atau tidak beriman dengan kedua-duanya.
Apabila disandarkan kepada an ni’mah, ia bermakna ingkar pada nikmat dengan tidak mensyukurinya.
Al Kafawi berkata,
setiap sesuatu yang menutupi sesuatu dinamakan al kufr. Darinya terbit lafaz al kaafir karena dia menutupi nikmat Allah.
Ar Razi berkata,
al kufr dalam arti bahasa mempunyai dua makna.
Pertama, lawan kepada keimanan.
Kedua, juhuud an ni’mah atau ingkar pada nikmat dan lawan bagi syukur.
Sedangkan lafaz al kaafir mencakup makna malam yang gelap karena ia menutupi segala sesuatu.
Ibnu As Sikkiit berkata,
darinya dinamakan al kaafir karena ia menutupi nikmat Allah Kalimah dalam bentuk fa’il juga mengandung makna orang yang tidak beriman kepada Allah, rasul dan orang yang tidak mensyukuri nikmat Allah.
Dalam bentuk ini, ia disebut lima kali di dalam Al Qur’an yaitu dalam surah:
• Al Baqarah (2), ayat 41, 217;
• Al Furqaan (25), ayat 55;
• At Taghaahbun (64), ayat 2;
• An Naba’ (78), ayat 40.
M. Quraish Shihab berkata,
" Al Qur’an menggunakan kufur untuk berbagai bagai makna.
Sementara pakar menguraikan lima jenis kekufuran.
Pertama, apa yang mereka namakan kufur juhuud yang terdiri dari dua macam yaitu mereka yang tidak mengakui wujud Allah seperti para atheis dan orang komunis.
Kedua, mereka yang mengetahui kebenaran tetapi menolaknya karena dengki dan iri hati kepada pembawa kebenaran itu.
Kufur ketiga dalam makna tidak mensyukuri nikmat Allah seperti yang diisyaratkan dalam kata-kata Allah yang berarti,
"Sekiranya kamu bersyukur, pastilahku tambah bagi kamu (nikmatku) dan apabila kamu kafir, maka sesungguhnya seksaanku pastilah amat pedih."
Kufur yang keempat adalah kufur dengan meninggalkan atau tidak mengerjakan tuntunan agama, walaupun percaya.
Ini seperti firman Allah yang berarti,
”Apakah kamu percaya kepada sebahagian Al Kitab dan kafir terhadap sebahagian lainnya."
Yang kelima adalah kufur dalam makna tidak merestui dan melepaskan diri seperti firman Allah yang mengabadikan ucapan Nabi Ibrahim kepada umatnya,
"Kami kafir kepada kamu dan telah jelas antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya."
Di dalam Al Qur’an, ayat yang menyebut kata dalam bentuk ini yaitu kaafir mengandung makna juhuud atau ingkar untuk beriman kepada Allah dan pada apa yang diturunkan dari Nya berupa kenabian, kitab, syari’at dan sebagainya.
Sebagaimana Allah berfirman,
وَءَامِنُوا۟ بِمَآ أَنزَلْتُ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَكُمْ وَلَا تَكُونُوٓا۟ أَوَّلَ كَافِرٍۭ بِهِۦۖ
Ibnu Katsir berkata,
pertama kali yang kufur dalam ayat ini adalah dari Bani Israil karena orang Yahudi Madinah terlebih dahulu diperintahkan beriman dengan Al Quran, tetapi mereka kufur padanya.
Oleh karena itu, lazimnya mereka yang pertama sekali ingkar dari keturunan mereka.
Ataupun yang dimaknakan awwala yaitu pertama bukan bermakna yang paling dahulu, tetapi maknanya yang tampil ke depan dan giat mengingkarinya, hingga maknanya orang Yahudi adalah orang yang giat dan tampil ke depan sebagai pemimpin dalam mengingkari penurunan Al Qur’an.
Sumber : Kamus Al Qur’an, PTS Islamika SDN BHD, Hal:510-511