Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
(Ingatlah) hari (ketika) mereka semua dibangkitkan Allah.
(QS. Al-Mujadilah [58]: 18)
Yakni Allah menghimpunkan mereka semuanya di hari kiamat tanpa ada seorang pun yang tertinggal.
lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu;
dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat).
(QS. Al-Mujadilah [58]: 18)
Mereka bersumpah kepada Allah subhanahu wa ta’ala bahwasanya diri mereka benar berada pada jalan petunjuk dan istiqamah, sebagaimana sumpah mereka kepada manusia ketika di dunia.
Karena sesungguhnya barang siapa yang hidup dengan berpegangan pada sesuatu, maka matinya pun ia berpegang pada sesuatu itu;
begitu pula saat ia dibangkitkan.
Mereka mengira bahwa hal tersebut dapat memberi manfaat bagi mereka di sisi Allah, sebagaimana dapat memberi manfaat bagi mereka di mata manusia.
Mereka hanya berpegang kepada hal-hal yang lahiriah.
Karena itulah dafam firman berikutnya disebutkan:
dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat).
(QS. Al-Mujadilah [58]: 18)
Yakni sumpah mereka yang demikian itu kepada Tuhan mereka dapat memberi suatu manfaat bagi diri mereka.
Maka dalam firman berikutnya dugaan mereka itu dibantah oleh firman-Nya:
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.
(QS. Al-Mujadilah [58]: 18)
Kalimat berita ini menguatkan bahwa mereka benar-benar dusta dalam sumpahnya itu.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Nafil, telah menceritakan kepada kami Zuhair, dari Sammak ibnu Harb, telah menceritakan kepadaku Sa’id ibnu Jubair, bahwa Ibnu Abbas pernah bercerita kepadanya bahwa Nabi ﷺ ketika berada di bawah naungan salah satu dari rumahnya, yang saat itu di hadapan beliau ﷺ terdapat beberapa orang muslim, sedangkan bayangan rumah telah surut dari mereka, maka Nabi ﷺ bersabda:
Sesungguhnya akan datang kepada kamu seorang manusia yang melihat dengan kedua mata setan.
Maka apabila dia datang kepadamu, janganlah kamu berbicara dengannya.
Tidak lama kemudian datanglah seorang lelaki yang bermata biru, lalu Rasulullah ﷺ memanggilnya dan mengajaknya bicara seraya bertanya,
"Mengapa kamu mencaci aku dan juga si Fulan dan si Fulan,"
dengan menyebut nama beberapa orang lainnya.
Lalu lelaki itu pergi dan memanggil mereka yang disebutkan namanya oleh Nabi ﷺ, kemudian mereka datang dan bersumpah kepada Nabi ﷺ serta meminta maaf kepadanya.
Lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:
lalu mereka bersumpah kepada-Nya (bahwa mereka bukan orang musyrik) sebagaimana mereka bersumpah kepadamu;
dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka akan memperoleh suatu (manfaat).
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya merekalah orang-orang pendusta.
(QS. Al-Mujadilah [58]: 18)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad melalui dua jalur dari Sammak dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Muhammad ibnul Musanna, dari Gundar, dari Syu’bah, dari Sammak dengan sanad dan lafaz yang semisal.
Ibnu Jarir telah mengetengahkannya pula melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Sammak dengan lafaz yang semisal, sanadnya jayyid, tetapi mereka (Ahlus Sunan) tidak ada yang mengetengahkannya.
Keadaan mereka sama dengan apa yang diceritakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala mengenai perihal orang-orang musyrik melalui firman-Nya:
Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan,
"Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah."
Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta terhadap diri mereka sendiri dan hilanglah dari mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan.
(QS. Al-An’am [6]: 23-24)