Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Ibrahim, bahwa Lut beriman kepadanya.
Menurut suatu pendapat, Lut adalah anak saudara lelaki Nabi Ibrahim.
Mereka mengatakan bahwa Lut ibnu Haran ibnu Azar, yakni tiada seorang pun dari kalangan kaumnya yang beriman kepadanya selain Lut dan Sarah (istri Nabi Ibrahim sendiri).
Akan tetapi, timbul suatu pertanyaan tentang bagaimanakah menggabungkan pengertian ayat ini dengan hadis yang disebutkan di dalam kitab sahih yang menceritakan, bahwa ketika Ibrahim ‘alaihis salam bersua dengan raja yang angkara murka (sewenang-wenang) itu dan si raja menanyakan tentang Sarah kepada Ibrahim,"Apa hubungan kamu dengan wanita ini?"
Nabi Ibrahim menjawab,
"Dia adalah saudara perempuanku."
Kemudian Ibrahim menemui istrinya dan mengatakan kepadanya,
"Sesungguhnya aku telah mengatakan kepada si raja lalim itu bahwa engkau adalah saudara perempuanku, janganlah kamu mendustakan diriku (di hadapannya nanti) karena sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang pun yang beriman selain dari aku dan kamu, karenanya engkau adalah saudara perempuan seagamaku."
Seakan-akan makna yang dimaksud —hanya Allah Yang lebih mengetahui— bahwa tiada sepasang suami istri di muka bumi pada masa itu yang beragama Islam selain Nabi Ibrahim dan istrinya, karena sesungguhnya Lut ‘alaihis salam telah beriman kepadanya, dia berasal dari kaumnya.
Lut ikut berhijrah bersama Nabi Ibrahim ke negeri Syam, kemudian ia diangkat menjadi rasul untuk penduduk Sodom dan daerah-daerah sekitarnya, hal itu terjadi di masa Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Kemudian perihal mereka telah disebutkan dalam pembahasan yang telah lalu, dan akan disebutkan lagi pada pembahasan berikutnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku).
(QS. Al-‘Ankabut [29]: 26)
Damir yang terdapat di dalam firman-Nya,
"Qala,
"
dapat ditakwilkan merujuk kepada Lut, karena lafaz Lut merupakan lafaz yang terdekat dengannya.
Dapat pula ditakwilkan merujuk kepada Ibrahim, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak.
Pengertian kedua ini berdasarkan apa yang tersimpan di dalam firman-Nya:
Maka Lut membenarkan (kenabian)nya.
(QS. Al-‘Ankabut [29]: 26)
Yakni dari kalangan kaumnya.
Kemudian Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan bahwa Ibrahim memilih untuk pindah dari kalangan kaumnya demi membela agamanya dan meneguhkannya.
Karena itulah disebutkan oleh firman selanjutnya:
sesungguhnya Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.
(QS. Al-‘Ankabut [29]: 26)
Yaitu kemuliaan hanyalah milik Allah, rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman kepada-Nya.
Allah Mahabijaksana dalam semua perkataan, perbuatan, dan semua ketetapan-Nya.
Qatadah mengatakan bahwa Ibrahim dan Lut berpindah dari Kausa (daerah pedalaman Kufah) menuju ke negeri Syam.
Qatadah mengatakan pula bahwa pernah diceritakan kepada kami bahwa Nabi ﷺ telah bersabda:
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas Nabi Ibrahim, sedangkan yang ada di tempat lain dari bumi hanyalah orang-orang yang jahat saja, sehingga bumi tempat mereka memuntahkan mereka dan Allah subhanahu wa ta’ala merasa jijik terhadap mereka, serta api menggiring mereka bersama-sama kera dan babi.
Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap jika mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari jika mereka istirahat di siang hari, dan api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkan hadis ini berikut sanadnya secara panjang lebar, melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As.
Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan bahwa ketika tiba masa pembaiatan Yazid ibnu Mu’awiyah, ia datang ke negeri Syam, dan ia mendapat berita tentang majelis tempat Nauf Al-Bakkali biasa mengajar.
Maka ia mendatangi tempat itu.
Tiba-tiba datanglah seorang lelaki, dan orang-orang menguakkan jalan untuknya, lelaki itu memakai baju khamisah.
Ternyata dia adalah Abdullah ibnu Amr ibnul As.
Ketika Nauf Al-Bakkali melihatnya, maka ia menghentikan pembicaraannya, dan Abdullah ibnu Amr berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, maka orang-orang (mukmin) beralih ke tempat hijrahnya Nabi Ibrahim, tiada yang tertinggal di bumi selain dari para penduduknya yang jahat-jahat, maka bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah merasa jijik terhadap mereka.
Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi, api itu ikut menginap bersama mereka bila mereka menginap, dan ikut beristirahat di siang hari bersama mereka bila mereka istirahat di siang hari, api itu melahap siapa pim yang tertinggal dari kalangan mereka.
Abdullah ibnu Amr ibnul As mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Kelak akan muncul segolongan orang dari kalangan umatku dari arah terbitnya matahari (timur) yang pandai membaca Alquran, tetapi Alquran tidak meresap ke dalam dada mereka.
Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka pasti dimusnahkan, setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan -kalimat ini dihitung oleh Abdullah ibnu Amr lebih dari dua puluh kali- setiap kali muncul suatu generasi dari kalangan mereka pasti dibinasakan, sehingga muncullah Dajjal dari kalangan sisa-sisa mereka.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya dari Abu Daud dan Abdus Samad yang keduanya dari Hisyam Ad-Dustuwa’i, dari Qatadah dengan sanad yang sama.
Abu Daud telah meriwayatkannya pula di dalam kitab sunannya.
Di dalam Kitabul Jihad (pembahasan tentang Jihad), Bab
"Berita tentang Terhuninya Negeri Syam,"
bahwa telah menceritakan kepada kami Ubaidillah ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Mu’az ibnu Hisyam, dari Qatadah, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Kelak akan terjadi perpindahan sesudah hijrah, penduduk bumi (yang beriman) beralih ke tempat-tempat bekas hijrahnya Nabi Ibrahim, dan yang tertinggal di belahan bumi lainnya hanyalah para penduduknya yang jahat-jahat, mereka dimuntahkan oleh bumi dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka, mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Janab Yahya ibnu Abu Hayyah, dari Syahr ibnu Hausyab yang mengatakan, ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa dahulu di masanya tiada seorang pun yang memiliki dinar dan dirham (harta) lebih berhak daripada saudara muslimnya (hidup mereka penuh dengan kebersamaan).
Kemudian sesudah itu (yakni di masa Syahr ibnu Hausyab) keadaannya berbeda, dinar dan dirham lebih disukai oleh seseorang daripada saudara semuslimnya (yakni hidup mereka individualistis).
Dan ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya jika kalian mengikuti ekor sapi dan melakukan transaksi secara ‘ainah, serta meninggalkan jihad di jalan Allah, maka benar-benar Allah akan menimpakan ke hinaan ke atas pundak kalian yang tidak dapat dilenyapkan dari kalian sebelum kalian kembali ke jalan semula dan bertobat kepada Allah subhanahu wa ta’ala Dan ia mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Sesungguhnya kelak akan ada hijrah sesudah hijrah, yaitu ke tempat-tempat hijrahnya bapak moyang kalian Nabi Ibrahim, sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi lainnya selain dari para penghuninya yang jahat-jahat.
Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka.
Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
Api itu ikut istirahat siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, dan ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, apa saja dari mereka yang terjatuh dilahap oleh api itu.
Sesungguhnya ia pernah pula ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda:
Kelak akan muncul suatu kaum dari kalangan umatku yang amal perbuatan mereka buruk, mereka pandai membaca Alquran, tetapi Alquran tidak melampaui tenggorokan mereka (yakni tidak meresap ke dalam dada mereka).
Yazid (salah seorang perawi hadis ini) mengatakan bahwa sepanjang pengetahuannya Abu Janab mengatakan hal berikut:
Seseorang dari kalian merasa amat kecil ilmunya dibandingkan dengan ilmu mereka, tetapi mereka gemar memerangi ahli Islam.
Maka apabila mereka muncul, perangilah mereka.
Kemudian bila mereka muncul lagi, perangilah mereka.
Kemudian bila mereka muncul juga, perangilah mereka.
Maka amatlah beruntung bagi orang yang berhasil membunuh mereka, beruntunglah orang yang dapat membunuh mereka.
Setiap kali muncul suatu generasi dari mereka, Allah membinasakannya.
Rasulullah ﷺ mengulang-ulang sabdanya yang terakhir ini sebanyak dua puluh kali atau lebih, sedangkan ia mendengarnya.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Baihaqi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Ja’far, telah menceritakan kepada kami Ya’qub ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abun Nadr Ishaq ibnu Ibrahim ibnu Yazid dan Hisyam ibnu Ammar yang kedua-duanya dari Dimasyq, bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hamzah, telah menceritakan kepada kami Al-Auza’i, dari Nafi’.
Dan Abun Nadr telah meriwayatkan dari orang yang pernah mendengar hadis berikut dari Abdullah ibnu Umar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Kelak penduduk bumi (yang beriman) akan berpindah ke tempat-tempat hijrahnya Nabi Ibrahim sehingga tiada yang tertinggal di belahan bumi yang lain kecuali hanya para penduduknya yang jahat-jahat.
Bumi memuntahkan mereka dan Tuhan Yang Maha Pemurah jijik terhadap mereka.
Mereka digiring oleh api bersama-sama kera dan babi.
Api itu ikut menginap bersama mereka di tempat mereka menginap, dan ikut istirahat di siang hari di tempat mereka istirahat siang hari, api itu membakar apa saja yang terjatuh dari mereka.
Hadis Nafi’ ini berpredikat garib, jelasnya Al-Auza’i telah meriwayatkannya dari salah seorang gurunya yang berpredikat lemah.
Hanya Allah Yang lebih mengetahui.
Tetapi riwayatnya yang melalui hadis Abdullah ibnu Amr ibnul As lebih mudah untuk dihafalkan.