اَوۡ یَذَّکَّرُ فَتَنۡفَعَہُ الذِّکۡرٰی ؕ
Au yadz-dzakkaru fatanfa’ahudz-dzikr(a);
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, yang memberi manfaat kepadanya?
―QS. Abasa [80]: 4
―QS. Abasa [80]: 4
Pencarian untuk {phrase} ({results_count} dari {results_count_total})
Displaying {results_count} results of {results_count_total}
Or be reminded and the remembrance would benefit him?
― Chapter 80. Surah Abasa [verse 4]
أَوْ | atau
Or
|
---|---|
يَذَّكَّرُ | ia mendapatkan pengajaran
be reminded
|
فَتَنفَعَهُ | lalu memberi manfaat kepadanya
so would benefit him
|
ٱلذِّكْرَىٰٓ | pengajaran
the reminder?
|
Tafsir QS. Abasa (80) : 4. Oleh Kementrian Agama RI
Dalam ayat-ayat ini, Allah menegur Rasul-Nya,
"Apa yang memberitahukan kepadamu tentang keadaan orang buta ini?
Boleh jadi ia ingin membersihkan dirinya dengan ajaran yang kamu berikan kepadanya atau ingin bermanfaat bagi dirinya dan ia mendapat keridaan Allah, sedangkan pengajaran itu belum tentu bermanfaat bagi orang-orang kafir Quraisy yang sedang kamu hadapi itu."
Tafsir QS. Abasa (80) : 4. Oleh Muhammad Quraish Shihab:
Atau akan mengambil nasihat yang bermanfaat bagi dirinya?
Oleh tim Mujamma’ Raja Fahd arahan Syaikh al-Allamah Dr. Shalih bin Muhammad Alu asy-Syaikh:
Apakah yang menjadikanmu mengetahui hakikat urusannya?
Boleh jadi dengan pertanyaannya itu ia ingin membersihkan dan mensucikan dirinya atau ingin mendapatkan tambahan pengajaran dan peringatan.
Oleh Jalaluddin al-Mahalli & Jalaluddin as-Suyuthi:
(Atau dia ingin mendapatkan pelajaran) lafal Yadzdzakkaru bentuk asalnya adalah Yatadzakkaru, kemudian huruf Ta diidgamkan kepada huruf Dzal sehingga jadilah Yadzdzakkaru, artinya mengambil pelajaran dan nasihat
(lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya) atau nasihat yang telah didengarnya dari kamu bermanfaat bagi dirinya.
Menurut suatu qiraat lafal Fatanfa’ahu dibaca Fatanfa’uhu, yaitu dibaca Nashab karena menjadi Jawab dari Tarajji atau lafal La’allahuu tadi.
Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:
(1-10)
Bukan hanya seorang dari ulama tafsir menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ di suatu hari sedang berbicara dengan salah seorang pembesar Quraisy, yang beliau sangat menginginkan dia masuk Islam.
Ketika beliau ﷺ sedang berbicara dengan suara yang perlahan dengan orang Quraisy itu, tiba-tiba datanglah Ibnu Ummi Maktum, salah seorang yang telah masuk Islam sejak lama.
Kemudian Ibnu Ummi Maktum bertanya kepada Rasulullah ﷺ tentang sesuatu dengan pertanyaan yang mendesak.
Dan Nabi ﷺ saat itu sangat menginginkan andaikata Ibnu Ummi Maktum diam dan tidak mengganggunya, agar beliau dapat berbicara dengan tamunya yang dari Quraisy itu karena beliau sangat menginginkannya mendapat hidayah.
Untuk itulah maka beliau bermuka masam terhadap Ibnu Ummi Maktum dan memalingkan wajah beliau darinya serta hanya melayani tamunya yang dari Quraisy itu.
Maka Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.
Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).
(QS. ‘Abasa [80]: 1-3)
Yakni menginginkan agar dirinya suci dan bersih dari segala dosa.
atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?
(QS. ‘Abasa [80]: 4)
Yaitu memperoleh pelajaran untuk dirinya sehingga ia menahan dirinya dari hal-hal yang diharamkan.
Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.
(QS. ‘Abasa [80]: 5-6)
Adapun orang yang serba cukup, maka kamu melayaninya dengan harapan dia mendapat petunjuk darimu.
Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).
(QS. ‘Abasa [80]: 7)
Artinya, kamu tidak akan bertanggungjawab mengenainya bila dia tidak mau membersihkan dirinya (beriman).
Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), sedangkan ia takut (kepada Allah).
(QS. ‘Abasa [80]: 8-9)
Yakni dengan sengaja datang kepadamu untuk mendapat petunjuk dari pengarahanmu kepadanya.
maka kamu mengabaikannya.
(QS. ‘Abasa [80]: 10)
Maksudnya, kamu acuhkan dia.
Dan setelah kejadian ini Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan kepada Rasul-Nya untuk tidak boleh mengkhususkan peringatan terhadap seseorang secara tertentu, melainkan harus menyamakan di antara semuanya.
Dalam hal ini tidak dibedakan antara orang yang mulia dan orang yang lemah, orang yang miskin dan orang yang kaya, orang merdeka dan budak belian, laki-laki dan wanita, serta anak-anak dan orang dewasa.
Kemudian Allah-lah yang akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus, keputusan yang ditetapkan-Nya penuh dengan kebijaksanaan dan mempunyai alasan yang sangat kuat.
Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
(QS. ‘Abasa [80]: 1)
Ibnu Ummi Maktum datang kepada Nabi ﷺ yang saat itu sedang berbicara dengan Ubay ibnu Khalaf, maka beliau ﷺ berpaling dari Ibnu Ummi Maktum, lalu Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan firman-Nya:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.
(QS. ‘Abasa [80]: 1-2)
Maka sesudah peristiwa itu Nabi ﷺ selalu menghormatinya.
Qatadah mengatakan, telah menceritakan kepadaku Anas ibnu Malik yang mengatakan bahwa ia melihat Ibnu Ummi Maktum dalam perang Qadisiyah, memakai baju besi, sedangkan di tangannya terpegang bendera berwarna hitam.
Abu Ya’la dan Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Yahya Al-Umawi, telah menceritakan kepadaku ayahku yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang diceritakan kepada kami dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya, dari Aisyah r.a. yang mengatakan bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
(QS. ‘Abasa [80]: 1)
diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum yang tuna netra.
Dia datang kepada Rasulullah ﷺ, lalu berkata,
"Berilah aku petunjuk."
Sedangkan saat itu di hadapan Rasulullah ﷺ terdapat seorang lelaki dari kalangan pembesar kaum musyrik.
Maka Rasulullah ﷺ berpaling dari Ibnu Ummi Maktum dan melayani lelaki musyrik itu seraya bersabda,
"Bagaimanakah pendapatmu tentang apa yang aku katakan ini, apakah berkesan?"
Lelaki itu menjawab,
"Tidak".
Maka berkenaan dengan peristiwa inilah ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling.
(QS. ‘Abasa [80]: 1)
Imam Turmuzi telah meriwayatkan hadis ini dari Sa’id ibnu Yahya Al-Umawi dengan sanad yang semisal;
kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa sebagian dari mereka ada yang meriwayatkan dari Hisyam ibnu Urwah, dari ayahnya yang mengatakan bahwa surat ‘Abasa diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum, tetapi dalam sanad ini tidak disebutkan dari Aisyah.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Mansur Ar-Ramadi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, telah menceritakan kepadaku Yunus, dari Ibnu Syihab yang mengatakan bahwa Salim ibnu Abdullah telah meriwayatkan dari Abdullah ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Sesungguhnya Bilal azan di malam hari, maka makan dan minumlah kamu hingga kamu mendengar seruan azan Ibnu Ummi Maktum.
Dia adalah seorang tuna netra yang disebutkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya:
Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, karena telah datang seorang buta kepadanya.
(QS. ‘Abasa [80]: 1-2)
Tersebutlah pula bahwa dia menjadi juru azan bersama Bilal.
Salim melanjutkan, bahwa Ibnu Ummi Maktum adalah seorang tuna netra, maka dia belum menyerukan suara azannya sebelum orang-orang berkata kepadanya saat mereka melihat cahaya fajar subuh,
"Azanlah!"
Hal yang sama telah disebutkan oleh Urwah ibnuz Zubair, Mujahid, Abu Malik, Qatadah, Ad-Dahhak, Ibnu Zaid, dan selain mereka yang bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf dan ulama Khalaf, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ibnu Ummi Maktum.
Menurut pendapat yang terkenal, nama aslinya adalah Abdullah, dan menurut pendapat yang lainnya yaitu Amr;
hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Unsur Pokok Surah Abasa (عبس)
Surat ‘Abasa terdiri atas 42 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah surat An Najm.
Dinamai "Abasa" (ia bermuka masam) diambil dari perkataan ‘Abasa yang terdapat pada ayat pertama surat ini.
Menurut riwayat, pada suatu ketika Rasulullah ﷺ menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang beliau harapkan agar mereka masuk Islam.
Dalam pada itu datanglah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta yang mengharap agar Rasulullah ﷺ membacakan kepadanya ayat-ayat Alquran yang telah diturunkan Allah.
Tetapi Rasulullah ﷺ bermuka masam dan memalingkan muka dari lbnu Ummi Maktum yang buta itu, lalu Allah menurunkan surat ini sebagai teguran atas sikap Rasulullah terhadap lbnu Ummi Maktum itu.
Keimanan:
▪ Dalil–dalil ke-Esaan Allah.
▪ Keadaan manusia pada hari kiamat.
Lain-lain:
▪ Dalam berdakwah hendaknya memberikan penghargaan yang sama kepada orang-orang yang diberi dakwah.
▪ Cercaan Allah kepada manusia yang tidak mensyukuri nikmat-Nya.
QS. Abasa (80) : 1-42 ⊸ Misyari Rasyid Alafasy
Ayat 1 sampai 42 + Terjemahan Indonesia
QS. Abasa (80) : 1-42 ⊸ Nabil ar-Rifa’i
Ayat 1 sampai 42
Ayat ini terdapat dalam surah Abasa.
Surah ‘Abasa (bahasa Arab:عبس) adalah surah ke-80 dalam Alquran.
Surah ini tergolong surah Makkiyah yang terdiri atas 42 ayat.
Dinamakan ‘Abasa yang diambil dari kata ‘Abasa yang terdapat pada ayat pertama surah ini.
Menurut riwayat, pada suatu ketika Rasulullah ﷺ menerima dan berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy yang dia harapkan agar mereka masuk Islam.
Dalam pada itu datanglah Ibnu Ummi Maktum, seorang sahabat yang buta yang mengharap agar Rasulullah ﷺ membacakan kepadanya ayat-ayat Alquran yang telah diturunkan Allah.
Tetapi Rasulullah ﷺ bermuka masam dan memalingkan muka dari Ibnu Ummi Maktum yang buta itu, lalu Allah menurunkan surat ini sebagai teguran atas sikap rasulullah terhadap ibnu Ummi Maktum itu.
Nomor Surah | 80 |
---|---|
Nama Surah | Abasa |
Arab | عبس |
Arti | Ia Bermuka masam |
Nama lain | – |
Tempat Turun | Mekkah |
Urutan Wahyu | 24 |
Juz | Juz 30 |
Jumlah ruku’ | 0 |
Jumlah ayat | 42 |
Jumlah kata | 133 |
Jumlah huruf | – |
Surah sebelumnya | Surah An-Nazi’at |
Surah selanjutnya | Surah At-Takwir |
80:4, 80 4, 80-4, Surah Abasa 4, Tafsir surat Abasa 4, Quran 'Abasa 4, Surah Abasa ayat 4
80:4
۞ QS. 80:11 • Hikmah penurunan kitab-kitab samawi
۞ QS. 80:12 • Hikmah penurunan kitab-kitab samawi
۞ QS. 80:13 • Lembaran catatan amal perbuatan
۞ QS. 80:14 • Lembaran catatan amal perbuatan
۞ QS. 80:15 • Tugas-tugas malaikat
۞ QS. 80:16 • Sifat-sifat malaikat
۞ QS. 80:17 • Keingkaran dan kedurhakaan orang kafir
۞ QS. 80:21 • Kematian pasti terjadi pada setiap makhluk hidup
۞ QS. 80:22 • Sifat Masyi’ah (berkehendak) • Beberapa ayat yang menjelaskan tentang hari kebangkitan • Manusia dibangkitkan dari kubur • Kebenaran hari penghimpunan •
۞ QS. 80:23 • Manusia dibangkitkan dari kubur
۞ QS. 80:26 • Beberapa ayat yang menjelaskan tentang hari kebangkitan
۞ QS. 80:33 • Nama-nama hari kiamat
۞ QS. 80:34 • Kedahsyatan hari kiamat • Terputusnya hubungan antara sesama pada hari kiamat • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka
۞ QS. 80:35 • Kedahsyatan hari kiamat • Terputusnya hubungan antara sesama pada hari kiamat • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka
۞ QS. 80:36 • Kedahsyatan hari kiamat • Terputusnya hubungan antara sesama pada hari kiamat • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka
۞ QS. 80:37 • Kedahsyatan hari kiamat • Terputusnya hubungan antara sesama pada hari kiamat • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka
۞ QS. 80:38 • Pahala iman • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka • Sifat ahli surga • Keutamaan iman •
۞ QS. 80:39 • Pahala iman • Sifat ahli surga • Keutamaan iman
۞ QS. 80:40 • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka • Keadaan orang kafir pada hari penghimpunan • Azab orang kafir
۞ QS. 80:41 • Penghimpunan manusia dan keadaan mereka • Keadaan orang kafir pada hari penghimpunan • Azab orang kafir
۞ QS. 80:42 • Keadaan orang kafir pada hari penghimpunan • Azab orang kafir
Hanya Engkaulah yang kami sembah,
dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.
― QS. Al-Fatihah [1]: 5
Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit & bumi.
Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
― QS. Al-Hujurat [49]: 18
dan janganlah kamu menyombongkan diri terhadap Allah.
― QS. Ad-Dukhan [44]: 19
dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
― QS. Al-Insyirah [94]: 8
+
ArrayPenjelasan:
Surah Al-Baqarah adalah surah ke-2 dalam Alquran. Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.121 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah. Surah ini merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dalam Alquran.
Share your Results:
Selain berisi kisah-kisah umat terdahulu, dalam Alquran juga terdapat tamsil sebagai peringatan bagi manusia. Tamsil artinya … Alquran adalah mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di bawah ini merupakan bukti bahwa Alquran adalah mukjizat yang terbesar adalah … Fungsi utama kandungan Alquran yang menjelaskan kisah umat terdahulu adalah sebagai … Yang berarti ”menggabungkan sesuatu dengan yang lain” adalah lafaz … Al-Lihyaniy berpendapat bahwa Alquran secara etimologi memiliki arti …
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima wahyu pertama di … Wahyu pertama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkandung dalam surah … Sejak wahyu di Surah Al Muddasir : 1-7, Rasullullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mulai berkhotbah. Awalnya nabi melakukan dakwah kepada … Khotbah Nabi Muhammad saat masih di Mekah, difokuskan langsung pada esensi-esensi utama, yaitu … … Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkhotbah di kota Mekah kurang lebih selama …
Surah dalam Alquran yang mengatakan larangan untuk melakukan terlalu banyak, makan dan minum adalah … Setelah Yakin, dalam surah Al-A’raf ayat 26, pakaian terbaik ada di mata Allah Subhanahu Wa Ta`ala adalah … Aurat dari tubuh pria adalah mulai … Fungsi pakaian adalah … Kejujuran adalah karakteristik dari seorang Muslim, sementara berbohong atau ketidakjujuran adalah fitur dari orang …
Apa itu Zikir? Zikir atau Dzikir adalah sebuah aktivitas ibadah dalam umat Muslim untuk mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama Allah, dan zikir adalah satu kewajiban yang terca...
Apa itu Mujahidin? Mujahidin adalah istilah bagi Muslim yang turut dalam suatu peperangan atau terlibat dalam suatu pergolakan. Pada akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21, istilah yang berasal dari ak...
Siapa itu Syu’aib `alaihis salam? Syu’aib adalah seorang nabi yang diutus kepada kaum Madyan dan Aikah menurut tradisi Islam. Ia diangkat menjadi nabi pada tahun 1550 SM. Namanya disebut...