Semit (dari bahasa Ibrani Alkitab שם, “Sem”; bahasa Arab: ساميّ, Syam, diterjemahkan dengan arti “nama”) adalah suatu istilah yang mula-mula digunakan dalam linguistik dan etnologi untuk merujuk kepada sebuah “keluarga atau rumpun bahasa” asal Timur Tengah, yang sekarang disebut “Rumpun bahasa Semit”.
Rumpun ini meliputi bentuk bahasa-bahasa kuno dan modern, yaitu Ahlamu, Akkadia (Assyria-Babilonia), Amharik, Amori, Arab, Aram/Suryani/Suriah, Kanaan/Fenisia/Kartago, Kasdim, Ebla, Edom, Ge’ez, Ibrani, Malta, Mandaik, Moab, Sutean, Tigre dan Tigrinya, serta Ugarit, dan sebagainya.
Mengingat studi bahasa terjalin dengan studi budaya, istilah ini juga dipakai untuk memerikan budaya dan suku-suku bangsa, serta sejarah berbagai komunitas beragam yang terkait dekat dalam hal distribusi geografi dan linguistik.
Asal
Istilah “Semit” diberikan kepada anggota dari berbagai suku bangsa yang menggunakan bahasa-bahasa dalam rumpun bahasa Semit kuno maupun modern, yang umumnya berdiam di Timur Dekat, termasuk:
Akkadia (Asyur dan Babel), Ebla, Ugarit, Kanaan, Fenisia (termasuk Kartago), Ibrani (Israel, Yehuda dan Samaria), Ahlamu, Aram, Kasdim, Amori, Moab, Edom, Hyksos, Ismael, Nabatean, Maganites, Sheba, Sutu, Ubarit (Iram of the Pillars), Dilmunites, Bahrani, Malta, Manda, Sabian, Siriak, Mhallami, Amalek, Palmyra dan Etiopia.
Pertama kalinya diusulkan oleh Ludwig Schlözer untuk merujuk bahasa-bahasa yang terkait kepada bahasa Ibrani, dalam buku suntingan Johann Gottfried Eichhorn,
“Repertorium”, vol. VIII (Leipzig, 1781), halaman 161. Melalui buku Eichhorn ini nama tersebut digunakan secara umum.
Dalam bukunya
“Geschichte der neuen Sprachenkunde”, pt. (Göttingen, 1807) nama itu sudah menjadi istilah teknis yang permanen.