Abu Ayyub al-Anshari (أبو أيوب الأنصاري) adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang paling tua sekali.
Di antara kemuliaannya adalah singgahnya Nabi Muhammad selama kurang lebih tujuh bulan di rumahnya ketika datang hijrah dari Mekkah ke Madinah.
Abu Ayyub hidup pada zaman Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.
Abu Ayyub meninggal di Konstantinopel ketika tentara Kekhalifahan Umayyah coba menyerang kota itu.
Setelah Sultan Muhammad II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453, makam Abu Ayyub dipindahkan ke tepi benteng Konstantinopel di Istanbul seperti yang diwasiatkannya.
Di samping makam beliau dibangun Masjid Eyüp Sultan.
Abu Ayub tidak pernah absen dalam satu peperangan pun.
Ia memegang teguh firman Allah:
“Berangkatlah kalian dalam keadaan ringan maupun berat …”
(QS. at-Taubah [9]: 41)
Kehidupan
Namanya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Tsa’labah bin Abdu-Amr bin Auf bin Ghanam bin Malik bin an-Najjar bin Tsa’labah bin al-Khazraj.Dia berasal dari suku Khazraj, kabilah Bani Najjar.
Ayahnya adalah Zaid bin Kulaib.
Ibunya adalah Hindun binti Sa’id bin Amr bin Imri’il Qais bin Malik bin Tsa’labah bin Ka’ab bin al-Khazraj bin al-Harits bin al-Khazraj.
Istrinya adalah Ummu Ayyub binti Qais bin Sa’id bin Qais bin Amr bin Imri’il Qais.
Nabi mempersaudarakannya dengan Mush’ab bin Umair.
Di masa kenabian Muhammad
Sebelum Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, Abu Ayyub al-Anshari mengikuti Baiat Aqabah yang kedua.Setelah Nabi Muhammad hijrah, dia mengikuti Perang Badr dan perang-perang setelahnya.
Rumahnya dipilih oleh Nabi sebagai tempat tinggal sementara di perkampungan Bani Najjar hingga pembangunan Masjid Nabawi dan bilik Ummul Mukminin Saudah selesai.
Lama tinggalnya Nabi di rumah Abu Ayyub kurang lebih tujuh bulan.
Awalnya, di rumah Abu Ayyub Nabi tinggal di lantai bawah dan Abu Ayyub bersama istrinya tinggal di lantai atas.
Namun, karena Abu Ayyub tidak ingin berada di atas Nabi, Abu Ayyub pindah ke lantai bawah dan Nabi pindah ke lantai atas.
Suatu ketika, pada saat Nabi Muhammad menjadi tamu di rumah Abu Ayub dan tinggal di ruang bawah, secara tidak disengaja air tumpah ke atas lantai.
Ummu Ayub pun takut kalau air itu akan mengenai Nabi Muhammad, tetapi ia tidak menemukan selain sepotong kain sutera yang mahal harganya.
Maka, Ummu Ayub pun segera mengambilnya untuk mengeringkan air itu.
Ketika terjadi peristiwa tuduhan berzinanya Aisyah, istri Nabi Muhammad, dengan Shafwan bin Mu’aththal, Abu Ayyub pernah ditanya Ummu Ayyub,
“Tidakkah kau dengar apa yang dikatakan orang-orang tentang Aisyah?”
Abu Ayyub menjawab,
“Tentu saja.
Apa yang mereka katakan itu adalah dusta.
Apakah kamu mungkin melakukannya?”
“Tidaklah, demi Allah.
Aku tidak mungkin melakukannya.”
“Kalau begitu, Aisyah, demi Allah, lebih baik daripada kamu.”
Lalu, Allah menurunkan firmannya:
لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ
Mengapa orang-orang mukmin dan mukminat tidak berbaik sangka terhadap diri mereka sendiri, ketika kalian mendengar berita bohong itu dan berkata:
“Ini adalah (suatu berita) bohong yang nyata.”
—QS. an-Nur [24]: 12
Setelah wafatnya Nabi Muhammad
Abu Ayyub al-Anshari tetap tinggal di Madinah sampai pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib.Di masa itu, Ali mengangkatnya sebagai penggantinya memimpin Madinah ketika Ali memindahkan pusat kekhalifahan ke Irak.
Namun, Abu Ayyub tidak lama kemudian menyusul Ali ke Irak.
Dia pernah pindah ke Mesir melalui jalur laut pada tahun 46 H. Pindah lagi ke Damaskus pada zaman Muawiyah bin Abi Sufyan.
Abu Ayyub ikut serta dalam peperangan membebaskan banyak negeri, selain Perang Shiffin.
Dia memihak Ali dalam memerangi kaum Khawarij.
Sampai pada zaman Muawiyah bin Abu Sufyan, Ia ikut bertempur melawan kekaisaran Romawi.
Ia dimakamkan di Konstantinopel.
Pada zaman pemerintahan Muhammad al-Fatih memerintah Kesultanan Utsmaniyah, Ia dijadikan idola sebagai pahlawan yang membebaskan kota Konstantinopel.
Wafatnya Abu Ayyub al-Anshari
Kematian Abu Ayyub al-Anshari terjadi pada saat Pengepungan Konstantinopel di masa pemerintahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan.Pada saat itu, pemimpin perang adalah anak dari Mu’Awiyah bin Abu Sufyan yaitu Yazid bin Mu’awiyah.
Abu Ayyub al-Anshari wafat dalam peperangan ini. Sebelum ia wafat, ia berwasiat kepada Yazid bin Mu’awiyah bahwa ia ingin mati bersama dengan kudanya.
Ia pun menerobos masuk ke Konstantinopel hingga mecapai dirinya tidak mampu sama sekali bergerak untuk melawan musuh.
Abu Ayyub al-Anshari meninggal pada tahun 52 H di usia 80 tahun sebagai seorang mujahid.
Ketika itu, dia sedang ikut bersama pasukan yang dipimpin oleh Yazid bin Muawiyah untuk membebaskan Konstantinopel.
Baru beberapa saat sampai di wilayah musuh, dia jatuh sakit.
Yazid menjenguknya seraya bertanya,
“Apa yang ingin Anda wasiatkan?”
Dia menjawab,
“Apabila aku meninggal, bawalah jasadku dengan kuda sejauh jarak yang dapat ditempuh ke arah musuh.
Jika tidak memungkinkan, maka kebumikanlah aku terlebih dahulu kemudian kembalilah berperang.”
Setelah Abu Ayyub wafat, jasadnya dinaikkan di atas kuda.
Lalu kuda itu dibawa ke wilayah musuh kemudian jasadnya dikuburkan.
Biodata Abu Ayyub al-Ansari
Nama | Abu Ayyub al-Ansari ( أبو أيوب الأنصاري خالد بن زيد ( رضي الله عنه |
---|---|
Level | Sahabat Nabi (radhiyallahu anhu) [Generasi ke-1] |
Tempat / Thn Lahir | (Madinah) |
Tempat Menetap | Madinah, Iraq, Mesir |
Tempat / Thn Wafat | (Constantinople), Tahun 49 Hijriyah / 670 Masehi |
Penyebab kematian | Natural |
Kegemaran | Recitation/Quran, Narrator [ ع - صحابة ] |
Guru | Nabi Muhammad ﷺ, Ubayy ibn Ka'b |
Murid | al-Bara' bin Azib bin al-Harith, Jabir bin Samra, Zayd bin Khalid al-Juhni, ibn Abbas, 'Abdullah bin Yazid bin Zayd, المقداد بن معدي كرب |
Orang tua | Zayd ibn Kulayb / Hind bint Sa'eed b. 'Amr |
Pasangan | Umm Ayoub bint Qays bin Sa'd |
Anak | Amra bint Abi Ayoub |