Sungguh, Al-Masih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Maka berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan,
“(Tuhan itu) tiga,”
berhentilah (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak.
Milik-Nyalah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi.
Dan cukuplah Allah sebagai pelindung.
―QS. 4:171
يَٰٓأَهْلَ | Wahai ahli
O People
|
---|---|
ٱلْكِتَٰبِ | kitab
(of) the Book!
|
لَا | jangan
(Do) not
|
تَغْلُوا۟ | kamu melampaui batas
commit excess
|
فِى | dalam
in
|
دِينِكُمْ | agamamu
your religion
|
وَلَا | dan jangan
and (do) not
|
تَقُولُوا۟ | kamu mengatakan
say
|
عَلَى | terhadap
about
|
ٱللَّهِ | Allah
Allah
|
إِلَّا | kecuali
except
|
ٱلْحَقَّ | benar
the truth.
|
إِنَّمَا | sesungguhnya hanyalah
Only
|
ٱلْمَسِيحُ | Al Masih
the Messiah,
|
عِيسَى | Isa
Isa,
|
ٱبْنُ | putera
son
|
مَرْيَمَ | Maryam
(of) Maryam,
|
رَسُولُ | Rasul
(was) a Messenger
|
ٱللَّهِ | Allah
(of) Allah
|
وَكَلِمَتُهُۥٓ | dan kalimatNya
and His word
|
أَلْقَىٰهَآ | Dia sampaikannya
which He conveyed
|
إِلَىٰ | kepada
to
|
مَرْيَمَ | Maryam |
وَرُوحٌ | dan roh
and a spirit
|
مِّنْهُ | daripadaNya
from Him.
|
فَـَٔامِنُوا۟ | maka berimanlah kamu
So believe
|
بِٱللَّهِ | kepada Allah
in Allah
|
وَرُسُلِهِۦ | dan RasulNya
and His Messengers.
|
وَلَا | dan jangan
And (do) not
|
تَقُولُوا۟ | kamu mengatakan
say,
|
The Messiah, Jesus, the son of Mary, was but a messenger of Allah and His word which He directed to Mary and a soul (created at a command) from Him.
So believe in Allah and His messengers.
And do not say,
“Three”;
desist – it is better for you.
Indeed, Allah is but one God.
Exalted is He above having a son.
To Him belongs whatever is in the heavens and whatever is on the earth.
And sufficient is Allah as Disposer of affairs.
―QS. 4:171
Tafsir surah An Nisaa' (4) ayat 171
Tafsir QS. An Nisaa’ (4) : 171. Oleh Kementrian Agama RI
Kaum Nasrani sudah melampaui batas dalam beragama dengan menambah-nambah hal-hal yang bukan dari agama, seperti memuja dan mengagung-agungkan nabi mereka, sampai melampaui batas-batas yang telah ditentukan Allah dengan mengada-adakan kebohongan terhadap-Nya dan dengan mengatakan bahwa Isa itu adalah putra Allah.
(al-Ma’idah [5]: 77) Hal ini pulalah yang membawa kaum Nasrani kepada anggapan bahwa Tuhan itu salah satu dari Tuhan yang tiga atau Tuhan itu terdiri dari tiga oknum.
Sebagai penolakan atas paham yang salah ini Allah menyatakan bahwa Isa anak Maryam hanyalah utusan Allah kepada hamba-Nya, bukan Tuhan yang disembah sebagai yang dianggap kaum Nasrani.
Isa sendiri menyeru mereka supaya mengesakan Allah, tak ada yang disembah selain Allah, dan Nabi Isa telah melarang pula kaumnya mempersekutukan Allah dengan apa pun.
Sebagai tambahan atas penegasan tersebut Allah ﷻ berfirman lagi bahwa Isa itu diciptakan dengan kalimat berupa ucapan
“jadilah”
(kun), tanpa ada seorang laki-laki pun (bapak) yang menikahi ibunya, dan tanpa air mani yang masuk ke dalam rahim ibunya, seperti terciptanya manusia biasa.
Tatkala Allah mengutus malaikat Jibril kepada Maryam dan memberitahukan bahwa ia adalah utusan Allah yang diperintahkan untuk menyampaikan berita gembira kepadanya, yaitu dia akan memperoleh seorang anak laki-laki, Maryam merasa terkejut dan membantah dengan keras, karena ia masih perawan dan tidak pernah bersuami atau disentuh oleh seorang laki-laki.
LaIu Jibril membacakan kepadanya firman Allah:
Dia (Allah) berfirman,
“Demikianlah Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.
Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya,
“Jadilah!”
Maka jadilah sesuatu itu.
(Ali ‘Imran [3]: 47).
Demikianlah dengan kata
“kun”
itu terciptalah Isa dalam kandungan ibunya.
Inilah suatu bukti kekuasaan Allah.
Bila Dia hendak menciptakan sesuatu cukup dengan ucapan
“kun”
saja.
Hal serupa ini berlaku pula pada penciptaan Adam sebagaimana tersebut pada firman Allah:
Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah seperti (penciptaan) Adam.
Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Allah ﷻ berfirman kepadanya:
“Jadilah”
(seorang manusia) maka jadilah dia (Ali ‘Imran [3]: 59).
Lalu ditiuplah roh ciptaan Allah ke dalam rahim ibunya dan berkembanglah ia sampai datang masa melahirkan.
Sebagaimana kaum Nasrani menduga bahwa yang ditiupkan ke dalam rahim ibunya itu adalah sebagian dari roh Allah dan atas dasar inilah mereka menganggap bahwa Isa adalah putra Allah, karena ia adalah sebagian dari roh-Nya, (Matius 1.18).
Sikap Ahli Kitab yang berlebihan dalam memahami agamanya tidak saja di kalangan Nasrani, tetapi juga tentunya di kalangan orang Yahudi.
Sikapnya yang melampaui batas dalam memahami ketentuan agamanya sehingga mereka sering bersikap dan bertindak begitu ketat dengan menambah-nambahkan ketentuan sendiri, atau sebaliknya sering melanggar ketentuan Taurat dalam syariat Musa, seperti yang dapat kita baca di sana sini dalam Alquran, sampai-sampai mereka mengatakan
“Uzair putra Allah”
(at-Taubah [9]: 30).
Mereka menjadi bangsa yang rasialis, eksklusif, sangat fanatik, menolak semua nabi dan rasul utusan Allah yang bukan Yahudi (Gentile), mereka membunuh para nabi dan menuduh Isa dan ibunya Maryam dengan tuduhan yang keji.
Mereka terpecah ke dalam beberapa sekte.
Yang menonjol waktu itu adalah golongan konservatif Sadducee yang hanya mengakui lima kitab Musa (Pentateuch), atau golongan Pharisee yang sangat kaku dalam menjalankan hukum tertulis, tetapi mau menerima hukum lisan dan hukum adat Yahudi.
Begitu juga sikap umat Nasrani yang telah melampaui batas dengan mengangkat dan menempatkan Nabi Isa sebagai Yesus yang disamakan dengan Tuhan atau menisbahkannya sebagai putra Tuhan.
Mereka telah menyentuh keimanan (akidah) yang pokok sampai melahirkan doktrin Trinitas.
Doktrin ini sudah berkembang dan menjadi pangkal perdebatan para pendeta mereka pada masa lalu, dari abad ke-2 sampai abad ke-6 Masehi, seperti Marcionisme, Yakobit dan Nestori (Nestorian) yang masih bertahan di Suria atau Maronit yang banyak dianut di Libanon, Paulicianism dan yang lain.
Mereka berdebat sekitar kodrat Kristus:
Tuhan, anak Tuhan atau satu dari tiga oknum dari Roh Kudus, sampai juga melibatkan ibunya Maria sebagai pujaan.
Kaum Muslimin perlu sekali menyadari sekalipun dalam bentuk lain, jangan sampai terjerumus ke dalam sikap berlebihan dalam menerima ajaran Islam, yang umumnya berkisar dalam soal fikih, di satu pihak mau serba ketat atau di pihak lain yang sebaliknya, mau serba longgar.
Ada di antara mufasir menceritakan mengenai anggapan ini bahwa seorang tabib Nasrani yang mengobati Khalifah Harun ar-Rasyid berdiskusi dengan seorang ulama Islam yaitu Ali bin Husein al-Waqidi al-Marwazi.
Tabib Nasrani itu berkata kepada al-Waqidi bahwa di dalam Kitab (Alquran) terdapat ayat yang membenarkan pendapat dan kepercayaan Nasrani bahwa Isa, adalah sebagian dari Allah, lalu dia membacakan bagian pertama dari ayat 171 ini.
Sebagai jawaban atas perkataan tabib itu al-Waqidi membacakan ayat:
Dan Dia menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untukmu semuanya (sebagai rahmat) dari-Nya.
Sungguh, dalam hal yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir.
(al-Jatsiyah [45]: 13).
Kemudian al-Waqidi berkata
“Kalau benar apa yang kamu katakan bahwa kata
“min-hu”
dalam ayat yang kamu baca itu berarti
“sebagian daripada-Nya”,
sehingga kamu mengatakan bahwa Isa `alaihis salam, adalah sebagian dari Allah pula.
Hal ini berarti bahwa apa yang ada di langit dan di bumi ini adalah sebagian pula dari Allah.”
Dengan jawaban ini terdiamlah tabib Nasrani itu lalu dia masuk Islam.173
Karena kaum Nasrani telah tersesat dari akidah tauhid yang dibawa oleh para rasul, maka Allah memerintahkan kepada mereka agar kembali kepada akidah yang benar dengan beriman kepada Allah Yang Maha Esa dan beriman kepada rasul-Nya yang selalu menyeru kepada akidah tauhid dan janganlah mereka mengatakan bahwa ada tiga Tuhan yaitu Bapak, Anak dan Roh Kudus (Rohulkudus), atau mengatakan bahwa Allah itu terdiri dari tiga oknum, masing-masing adalah Tuhan yang sempurna, dan kumpulan dari tiga oknum itulah Tuhan Yang Esa.
Mereka diperintahkan meninggalkan paham yang sesat dan menyesatkan itu, karena meninggalkan paham yang sesat itulah yang baik bagi mereka.
Mereka akan menjadi penganut agama tauhid yang dibawa oleh Nabi Ibrahim dan para nabi sebelum dan sesudahnya.
Mereka akan menjadi orang yang benar dan tidak akan termasuk golongan orang-orang kafir.
Dalam ayat lain Allah ﷻ berfirman:
Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan
“Bahwa Allah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa.
(al-Maidah [5]: 73)
Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
Kemudian ditegaskan lagi kepada mereka bahwa Allah sajalah Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan Maha bersih dari sifat berbilang atau terbagi-bagi kepada beberapa bagian atau tersusun dari tiga oknum atau bersatu dengan makhluk-makhluk lainnya.
Maha Suci Allah dari hal-hal tersebut dan mustahil Dia mempunyai anak sebagaimana anggapan mereka atau Isa itu adalah Tuhan sebagaimana dikatakan oleh segolongan lain di antara mereka.
Allah adalah Maha Esa tidak ada yang menyerupai-Nya dan tidak beristri sebagaimana manusia.
Dialah pemilik langit dan bumi serta semua yang ada pada keduanya termasuk Isa as.
Allah ﷻ berfirman:
“Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, melainkan akan datang kepada (Allah) Yang Maha Pengasih selaku seorang hamba”
(Maryam [19]: 93).
Semua makhluk tanpa kecuali akan menghadap ke hadirat Tuhan Allah sebagai hamba, apapun pangkat dan derajatnya, baik dia malaikat, seorang nabi, seorang yang diciptakan-Nya tanpa bapak dan ibu seperti Nabi Adam atau yang diciptakan-Nya tanpa bapak saja seperti Isa `alaihis salam, maupun yang diciptakan dengan perantara bapak dan ibu;
semuanya itu adalah hamba-Nya yang mengharapkan karunia dan rahmat-Nya, Allah-lah yang berkuasa sepenuhnya atas mereka dan Allah-lah yang memelihara dan kepada–Nyalah mereka harus menyembah, berdoa dan bertawakal.
Akidah tauhid inilah yang dibawa dan disampaikan para nabi dan rasul kepada umatnya termasuk Nabi Isa, dan paham inilah yang dianut oleh para pengikutnya sesuai dengan dakwah dan ajarannya.
Tetapi pengikutnya yang datang kemudian terutama pengikut-pengikut yang dahulunya telah menganut agama-agama yang bermacam-macam tidak dapat melepaskan dirinya dari paham lama yang sesat itu sehingga mereka mencoba dan berusaha dengan sekuat tenaga agar agama Masehi yang mereka anut mempunyai corak yang sama dengan agama-agama nenek moyang mereka dahulu.
Paham Trinitas (menganggap Tuhan adalah tiga) sudah berkembang di Mesir, semenjak lebih kurang 4.000 tahun sebelum Masehi.
Di antara mereka ada yang menganggap bahwa tuhan itu ialah dewa Osiris, Isis dan Horus.
Demikian pula di India ajaran Hinduisme mengatakan bahwa Tuhan itu adalah tri tunggal yang terdiri dari Brahma, Wisnu, dan Syiwa.
Penganut Budisme pun ada yang mengatakan bahwa Budha itu adalah Tuhan yang terdiri dari tiga oknum.
Juga di Persia terdapat paham Mazdaisme (Zoroaster) yang bercorak dualisme:
baik dan jahat, terang dan gelap dengan dewa tertinggi Ahura Mazda (Ormuzd) dan dewa-dewa lain, lawan Ahriman.
Akhirnya mereka terbawa hanyut oleh paham trinitas yang beraneka ragam coraknya dan jadilah mereka tersesat dari paham tauhid yang dibawa Nabi Isa dan amat sulitlah bagi mereka untuk meniggalkannya.
Para intelektual dari penganut agama Masehi ini memang merasakan dan mengetahui bahwa paham taslis (trinitas) ini tidak dapat diterima akal, tetapi mereka tetap mencari-cari alasan untuk membenarkan paham ini.
Di antara pendeta mereka ada yang mengatakan,
“Dalam hal ini kita harus menyerahkan persoalan ini kepada hal-hal yang gaib yang belum diketahui oleh manusia dan tidak akan dapat diketahuinya, kecuali bila hijab telah berkata untuk itu dan jelaslah pada waktu itu semua yang ada di langit dan di bumi.”
Pendeta Bother pengarang buku al-Ushul wal-Furu’ dari salah seorang juru penerang agama Nasrani berkata mengenai hal ini:
“Kita telah mencoba memahaminya dengan lebih jelas yaitu dikala telah terbuka bagi kita tabir rahasia semua apa yang ada di langit dan di bumi.”
Dapat disimpulkan bahwa agama Nasrani benar-benar didasarkan kepada paham tauhid yang murni tetapi para pendetanya mencampurbaurkan dan mengubahnya menjadi agama trinitas yang tidak dapat dipahami oleh akal, karena terpengaruh oleh paham-paham taslis bangsa Yunani dan Romawi yang mereka ambil dari paham-paham keagamaan Mesir lama dan Brahma.
Wahai Ahl al-Kitab, janganlah kalian menentang kebenaran dan melampaui batas dalam beragama.
Jangan berbuat dusta kepada Allah dengan mengingkari risalah ‘Isa a.
s atau dengan menjadikannya sebagai tuhan selain Allah.
‘Isa al-Masih hanyalah rasul Allah seperti rasul-rasul yang lain.
‘Isa diciptakan Allah dengan kekuasaan dan kalimat-Nya yang disampaikan dan ditiupkan oleh malaikat Jibril kepada Maryam.
Hal itu merupakan salah satu rahasia kekuasaan Allah.
Oleh karena itu, berimanlah kepada Allah dan rasul- rasul-Nya dengan benar dan jangan beranggapan bahwa tuhan itu ada tiga.
Tinggalkanlah kebatilan itu, karena hal itu lebih baik.
Sesungguhnya Allah Mahaesa, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Allah Mahasuci dari kemungkinan mempunyai anak.
Segala yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah sebagai pemelihara dan pengatur kepunyaan-Nya.
Wahai orang-orang pengikut Injil, jangan melampaui batas akidah yang shahih dalam agama kalian.
Jangan berkata atas nama Allah, kecuali kebenaran, dan jangan menisbatkan istri dan anak kepada Allah.
Karena Al Maish Isa putra Maryam adalah utusan Allah yang Dia utus dengan membawa kebenaran, Dia menciptakannya dengan kalimat yang dibawa oleh Jibril lalu disampaikannya kepada Maryam, yaitu firman-Nya:
“Jadilah”,
maka dia pun jadi.
Dia adalah tiupan dari Allah yang ditiupkan oleh Jibril atas perintah Allah.
Maka benarkanlah bahwa Allah adalah Esa, tunduklah kepada-Nya, benarkanlah utusan-utusan-Nya dalam apa yang mereka bawa kepada kalian dari Allah dan amalkanlah ia.
Dan jangan jadikan Isa dan ibunya sebagai dua sekutu bagi Allah.
Berhentilah dari ucapan tersebut karena ia lebih baik bagi kalian daripada apa yang kalian pegang selama ini, karena Allah hanyalah satu Mahasuci Allah, apa yang ada di langit dan dibumi adalah milik-Nya, mana mungkin Dia mempunyai istri dan anak?
Cukuplah Allah sebagai pemegang tunggal segala urusan seluruh makhluk-Nya dan pengatur kehidupan mereka, maka bertawakallah hanya kepada-Nya semata karena Dia akan mencukupi kalian.
(Hai Ahli kitab) maksudnya kitab Injil
(janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu dan janganlah kamu katakan terhadap Allah kecuali) ucapan
(yang benar) yaitu menyucikan-Nya dari kemusyrikan dan mempunyai anak.
(Sesungguhnya Almasih Isa putra Maryam itu adalah utusan Allah dan kalimat-Nya yang diucapkan-Nya) atau disampaikan-Nya
(kepada Maryam dan roh) artinya yang mempunyai roh
(daripada-Nya) diidhafatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala demi untuk memuliakan-Nya dan bukanlah sebagai dugaan kamu bahwa dia adalah anak Allah atau Tuhan bersama-Nya atau salah satu dari oknum yang tiga.
Karena sesuatu yang mempunyai roh itu tersusun sedangkan Tuhan Maha Suci dari tersusun dan dari dinisbatkannya tersusun itu kepada-Nya
(Maka berimanlah kamu kepada Allah dan kepada rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu katakan) bahwa Tuhan itu
(tiga) yakni Allah, Isa dan ibunya
(hentikanlah) demikian itu
(dan perbuatlah yang lebih baik bagi kamu) yakni bertauhid
(Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa Maha Suci Dia) artinya bersih dan terhindar
(dari mempunyai anak.
Bagi-Nya apa yang terdapat di langit dan yang di bumi) baik sebagai makhluk maupun sebagai milik dan hamba sedangkan pemiliknya itu bertentangan dengan mempunyai anak
(Dan cukuplah Allah sebagai wakil) atau saksi atas demikian itu.
Allah subhanahu wa ta’ala, melarang Ahli Kitab bersikap melampaui batas dan menyanjung secara berlebihan.
Hal ini banyak dilakukan oleh orang-orang Nasrani, karena sesungguhnya mereka melampaui batas sehubungan dengan Isa.
Mereka mengangkatnya di atas kedudukan yang telah diberikan oleh Allah kepadanya, lalu memindahkannya dari tingkat kenabian sampai menjadikannya sebagai tuhan selain Allah yang mereka sembah sebagaimana mereka menyembah Dia.
Bahkan pengikut dan golongannya —yaitu dari kalangan orang-orang yang mengakui bahwa dirinya berada dalam agamanya (Isa)— bersikap berlebihan pula, lalu mereka mengakui dirinya terpelihara dari kesalahan.
Akhirnya para pengikut mereka mengikuti semua yang dikatakannya, baik hak atau batil, baik sesat atau benar, baik jujur ataupun dusta.
Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah.
(QS. At-Taubah [9]: 31), hingga akhir ayat.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim yang mengatakan bahwa Az-Zuhri menduga dari Ubaidillah ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas’ud, dari Ibnu Abbas, dari Umar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Janganlah kalian menyanjung-nyanjung diriku sebagaimana orang-orang Nasrani menyanjung-nyanjung Isa putra Maryam.
Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba, maka katakanlah,
“Hamba dan utusan Allah.”
Kemudian ia meriwayatkannya pula —juga Ali ibnul Madini-— dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri.
yang lafaznya seperti berikut:
Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah oleh kalian,
“Hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Ali ibnul Madini mengatakan bahwa predikat hadis ini sahih lagi musnad.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dari Al-Humaidi.
dari Sufyan ibnu Uyaynah, dari Az-Zuhri yang lafaznya berbunyi seperti berikut:
Sesungguhnya aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah,
“Hamba Allah dan Rasul-Nya.”
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Sabit Al-Bannani, dari Anas ibnu Malik, bahwa seorang lelaki pernah mengatakan,
“Ya Muhammad, ya tuan kami, anak tuan kami yang paling baik dari kami, dan anak orang yang paling baik dari kami.”
Maka Rasulullah ﷺ bersabda:
Hai manusia, peliharalah ucapan kalian, dan jangan sekali-kali setan menjerumuskan kalian.
Aku adalah Muhammad ibnu Abdullah, hamba Allah dan Rasul-Nya.
Demi Allah, aku tidak suka bila kalian mengangkatku di atas kedudukanku yang telah diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, kepadaku.
Hadis ini bila ditinjau dari segi ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (sendirian).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
…dan janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.
Maksudnya, janganlah kalian membuat kedustaan terhadap-Nya dan menjadikan bagi-Nya istri dan anak.
Mahasuci Allah lagi Mahatinggi dari hal itu dengan ketinggian yang setinggi-tingginya, Mahasuci lagi Maha Esa Zat Allah dalam sifat Keagungan dan Kebesaran-Nya.
Tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada Rabb selain Dia.
Dalam ayat Selanjutnya disebutkan:
Sesungguhnya Al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikanNya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Sesungguhnya Isa itu hanyalah seorang hamba Allah dan makhluk yang diciptakan-Nya.
Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah kamu,”
maka jadilah dia.
Dia (Isa) hanyalah utusan-Nya dan kalimat-Nya yang Allah sampaikan kepada Maryam.
Dengan kata lain, Allah menciptakan Isa melalui kalimat perintah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril ‘alaihis salam dari Allah subhanahu wa ta’ala, kepada Maryam.
Lalu Malaikat Jibril meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Maryam dengan seizin Allah.
Maka jadilah Isa dengan seizin Allah.
Embusan itu ditiupkan oleh Malaikat Jibril ke dalam baju kurung Maryam, lalu tiupan itu turun hingga masuk ke dalam farjinya, sama kedudukannya dengan pembuahan yang dilakukan oleh seorang lelaki kepada istrinya:
semuanya adalah makhluk Allah subhanahu wa ta’ala, Karena itu, dikatakan bahwa Isa adalah kalimat Allah dan roh dari ciptaan-Nya, mengingat kejadiannya tanpa melalui proses seorang ayah.
sesungguhnya ia timbul dari kalimah yang diucapkan oleh Allah melalui Jibril kepada Maryam, yaitu kalimat kun (Jadilah), maka jadilah Isa, dan roh yang dikirimkan oleh Allah kepada Maryam melalui Jibril.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, keduanya biasa memakan makanan.
(QS. Al-Ma’idah [5]: 75)
Allah subhanahu wa ta’ala, telah berfirman:
Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah adalah seperti penciptaan Adam.
Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya,
“Jadilah!”
(seorang manusia).
Maka jadilah dia.
(QS. Ali ‘Imran [3]: 59)
Dan (ingatlah kisah) Maryam yang telah memelihara kehormatannya, lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya roh dari Kami dan Kami jadikan dia dan anaknya tanda (kekuasaan Allah) yang besar bagi semesta alam.
(QS. Al-Anbiyaa [21]: 91)
dan (ingatlah) Maryam putri Imran yang memelihara kehormatannya.
(At Tahriim:
12), hingga akhir ayat.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala, menceritakan perihal Isa Al-Masih, yaitu:
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian).
(QS. Az-Zukhruf [43]: 59), hingga akhir ayat.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma’mar, dari Qatadah sehubungan dengan firman-Nya:
…dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Ayat ini semakna dengan ayat lain, yaitu firman-Nya:
Jadilah/ Maka terjadilah ia.
(QS. Yasin [36]: 82)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan Al-Wasiri yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Syaz ibnu Yahya mengatakan sehubungan dengan firman-Nya:
…dan (yang terjadi dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Bahwa bukanlah kalimat yang menjadikan Isa, tetapi dengan kalimat itu akhirnya jadilah Isa.
Pendapat ini lebih baik daripada apa yang dikatakan oleh Ibnu Jarir sehubungan dengan firman-Nya:
Yang disampaikan-Nya kepada Maryam.
Makna yang dimaksud ialah Allah mengajarkan kalimat itu kepada Maryam.
sama seperti apa yang dikatakannya sehubungan dengan makna firman-Nya:
(Ingatlah) ketika malaikat berkata,
“Hai Maryam, sesungguhnya Allah menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putra yang diciptakan) dengan kalimat (yang datang) dari-Nya.
(QS. Ali ‘Imran [3]: 45)
Makna yang dimaksud ialah mengajarkan kepadamu suatu kalimat dari-Nya.
Ibnu Jarir menjadikan makna ayat ini sama dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala, yang mengatakan:
Dan kamu tidak pernah mengharap agar Alquran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu.
(QS. Al-Qashash [28]: 86)
Bahkan pendapat yang sahih (benar) ialah yang mengatakan bahwa kalimat tersebut didatangkan oleh Malaikat Jibril kepada Maryam, lalu Malaikat Jibril meniupkan roh ciptaan-Nya ke dalam tubuh Maryam dengan seizin Allah.
Maka jadilah Isa ‘alaihis salam
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnul Fadl, telah menceritakan kepada kami Al-Walid Al-Auza’i, telah menceritakan kepadaku Umair ibnu Hani’, telah menceritakan kepada kami Junadah ibnu Abu Umayyah, dari Ubadah ibnus Samit, dari Nabi ﷺ yang telah bersabda:
Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bahwa Isa adalah hamba dan Rasul-Nya serta kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam serta roh dari-Nya, dan bahwa surga itu benar, neraka itu benar, niscaya Allah akan memasukkannya ke dalam surga berdasarkan amal yang telah dikerjakannya.
Al-Walid mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, dari Umair ibnu Hani’, dari Junadah yang di dalamnya disebutkan tambahan, yaitu:
(Allah memasukkannya) ke dalam salah satu dari pintu-pintu surga yang delapan buah, dia boleh memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Daud ibnu Rasyid, dari Al-Walid, dari Ibnu Jabir dengan lafaz yang sama.
Dari jalur yang lain dari Al-Auza’i dengan lafaz yang sama.
Firman Allah yang ada dalam ayat, dan hadis yang semakna, yaitu:
dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
(An Nisaa:
171)
semakna dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
Dan Dia menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dari-Nya.
(QS. Al-Jaatsiyah:
13)
Yakni dari kalangan makhluk-Nya dan dari sisi-Nya.
Lafaz min di sini bukan untuk makna tab’id (sebagian) seperti yang dikatakan oleh orang-orang Nasrani —semoga laknat Allah yang berturut-turut menimpa mereka— melainkan makna yang dimaksud ialah ibtida-ul goyah, seperti pengertian yang terkandung di dalam ayat lain.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
…dan (dengan tiupan) roh dari-Nya.
Yang dimaksud dengan ruhun dalam ayat ini ialah rasulun minhu, yakni urusan dari-Nya.
Sedangkan selain Mujahid mengatakan ma-habbatan minhu, yakni kasih sayang dari-Nya.
Tetapi pendapat yang kuat ialah yang pertama, yaitu yang mengatakan bahwa Nabi Isa di-ciptakan dari roh ciptaan-Nya.
Kemudian lafaz roh di-mudaf-kan (digandengkan) dengan-Nya dengan maksud mengandung pengertian tasyrif (kehormatan), sebagaimana lafaz naqah (unta) di-mudaf-kan kepada Allah, seperti yang terdapat di dalam firman-Nya:
Unta betina Allah ini.
(QS. Al-A’raf:
73)
Dan lafaz baitun (rumah) yang terdapat di dalam firman-Nya:
Bersihkanlah rumah-Ku, untuk orang-orang yang tawaf.
(QS. Al-Hajj:26)
Juga seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis yang mengatakan:
Maka aku masuk menemui Tuhanku di dalam rumah-Nya.
Nabi ﷺ me-mudaf-kan lafaz darun (rumah) kepada Allah dengan maksud sebagai kehormatan terhadap rumah tersebut.
Masing-masing dari apa yang telah disebutkan termasuk ke dalam bab yang sama.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala:
Maka berimanlah kalian kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.
Maksudnya, percayalah bahwa Allah adalah Satu, lagi Maha Esa, tiada beranak, dan tiada beristri, dan ketahuilah serta yakinilah bahwa Isa itu adalah hamba dan Rasul-Nya.
Dalam firman Selanjutnya disebutkan:
dan janganlah kalian mengatakan,
“(Tuhan itu) tiga.”
Yakni janganlah kalian menjadikan Isa dan ibunya digandengkan dengan Allah sebagai dua orang yang mcnyekutui-Nya.
Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Di dalam surat Al-Maidah Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman:
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan,
“Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga,”
padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa.
(QS. Al-Ma’idah [5]: 73}
Dalam ayat lainnya —masih dalam surat yang sama— Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman pula:
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman.”Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, ‘Jadikanlah aku.’ (QS. Al-Ma’idah [5]: 116)
hingga akhir ayat.”
Dalam Surat Al-Maidah pada ayat lainnya Allah subhanahu wa ta’ala, berfirman:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata,
“sesungguhnya Allah itu ialah Al-Masih putra Maryam.”
(QS. Al-Ma’idah [5]: 17 dan 72), hingga akhir ayat.
Orang-orang Nasrani —la’natullahi ‘alaihim— karena kebodohan mereka, maka mereka tidak ada pegangan, kekufuran mereka tidak terbatas, bahkan ucapan dan kesesatannya sudah parah.
Ada yang beranggapan bahwa Isa putra maryam adalah Tuhan, ada yang menganggapnya sebagai sekutu, dan ada yang menganggapnya sebagai anak.
Mereka terdiri atas berbagai macam sekte yang cukup banyak jumlahnya, masing-masing mempunyai pendapat yang berbeda, dan pendapat mereka tidak ada yang sesuai, semuanya bertentangan.
Salah seorang ahli ilmu kalam (Tauhid) mengatakan suatu pendapat yang tepat, bahwa seandainya ada sepuluh orang Nasrani berkumpul, niscaya pendapat mereka berpecah-belah menjadi sebelas pendapat.
Salah seorang ulama Nasrani yang terkenal di kalangan mereka (yaitu Sa’id ibnu Patrik yang tinggal di Iskandaria pada sekitar tahun empat ratus Hijriah) menyebutkan bahwa mereka mengadakan suatu pertemuan besar yang di dalamnya mereka melakukan suatu misa besar.
Padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain hanyalah suatu pengkhianatan yang hina lagi rendah.
Hal ini terjadi pada masa Konstantinopel, pembangun kota yang terkenal itu.
Lalu mereka berselisih pendapat dalam pertemuan tersebut dengan perselisihan yang tidak terkendali dan tidak terhitung banyaknya pendapat yang ada.
Jumlah mereka lebih dari dua ribu uskup.
Mereka menjadi golongan yang banyak lagi berpecah belah.
Setiap lima puluh orang dari mereka mempunyai pendapat sendiri, dan setiap dua puluh orang dari mereka mempunyai pendapat sendiri, setiap seratus orang dari mereka ada yang mempunyai pendapatnya sendiri, dan setiap tujuh puluh orang mempunyai pendapatnya sendiri, ada pula yang lebih dan kurang dari jumlah tersebut mempunyai pendapat yang berbeda.
Ketika Raja Konstantinopel melihat kalangan mereka demikian, ada sejumlah orang yang banyaknya kurang lebih tiga ratus delapan belas orang uskup sepakat dengan suatu pendapat Maka raja mengambil golongan itu, lalu mendukung dan memperkuatnya.
Raja Konstantinopel dikenal sebagai seorang filosof berwatak keras dan tidak mau menerima pendapat orang lain.
Lalu raja menghimpun persatuan mereka dan membangun banyak gereja buat mereka serta membuat kitab-kitab dan undang-undang untuk mereka.
Lalu mereka membuat suatu amanat yang mereka ajarkan kepada anak-anak agar mereka meyakininya sejak dini, mengadakan pembaptisan besar-besaran atas dasar itu.
Para perigikut mereka dikenal dengan nama sekte Mulkaniyah.
Kemudian mereka mengadakan suatu pertemuan lain yang kedua, maka terjadilah di kalangan mereka sekte Ya’qubiyah.
Pada pertemuan yang ketiga terbentuklah sekte Nusturiyan.
Ketiga golongan tersebut pada dasarnya mengukuhkan ajaran trinitas yang antara lain ialah Al-Masih.
Tetapi mereka berbeda pendapat mengenai kaifiyatnya sehubungan dengan masalah lahut dan nasut-nya, masing-masing mempunyai dugaan sendiri.
Apakah dia manunggal atau tidak, bersatukah atau menitis.
Pada kesimpulannya pendapat mereka terpecah menjadi tiga pendapat, masing-masing golongan mengalirkan golongan yang lain, sedangkan kita mengalirkan semuanya.
Karena itu, dalam ayat ini disebutkan melalui firman-Nya:
berhentilah kalian (dari ucapan itu).
(Itu) lebih baik bagi kalian.
Maksudnya, akan lebih baik bagi kalian.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Allah dari mempunyai anak.
Yakni Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya.
Cukuplah Allah untuk menjadi Pemelihara.
Artinya, semuanya adalah makhluk dan milik Allah, dan semua yang ada di antara keduanya adalah hamba-hamba-Nya, mereka berada dalam pengaturan dan kekuasaan-Nya.
Dialah Yang memelihara segala sesuatu, mana mungkin bila dikatakan bahwa Dia mempunyai istri dan anak dari kalangan mereka.
Dalam ayat yang lain disebutkan melalui firman-Nya:
Dia Pencipta langit dan bumi.
Bagaimana Dia mempunyai anak.
(QS. Al-An’am:
101), hingga akhir ayat.
Allah subhanahu wa ta’ala, telah berfirman dalam ayat yang lain, yaitu:
Dan mereka berkata,
“Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak”
Sesungguhnya kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar.
(Maryam:
88-89)
sampai dengan firman-Nya:
dengan sendiri-sendiri.
(Maryam:
95)
Dinamakan An Nisaa’ karena dalam surat ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surat yang paling banyak membicarakan hal itu dibanding dengan surat-surat yang lain.
Surat yang lain yang banyak juga membicarakan tentang hal wanita ialah surat Ath-Thalaaq.
Dalam hubungan ini biasa disebut surat An Nisaa’ dengan sebutan:
“Surat An Nisaa’ Al Kubraa” (surat An Nisaa’ yang besar), sedang surat Ath Thalaaq disebut dengan sebutan:
“Surat An Nisaa’ Ash Shughraa” (surat An Nisaa’ yang kecil).
Keimanan:
▪ Syirik (dosa yang paling besar) akibat kekafiran di hari kemudian.
Hukum:
▪ Kewajiban para washi dan para wali.
▪ Hukum poligami.
▪ Mas kawin.
▪ Memakan harta anak yatim dan orang-orang yang tidak dapat mengurus hartanya.
▪ Pokok-pokok hukum warisan.
▪ Perbuatan-perbuatan keji dan hukumannya.
▪ Wanita-wanita yang haram dikawini.
▪ Hukum mengawini budak wanita.
▪ Larangan memakan harta secara bathil.
▪ Hukum syiqaq dan nusyuz.
▪ Kesucian lahir batin dalam shalat.
▪ Hukum suaka.
▪ Hukum membunuh seorang Islam.
▪ Shalat khauf’.
▪ Larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk.
▪ Masalah pusaka kalalah.
Kisah:
▪ Kisah-kisah tentang nabi Musa `alaihis salam dan pengikutnya.
Lain-lain:
▪ Asal manusia adalah satu.
▪ Keharusan menjauhi adat-adat zaman jahiliyah dalam perlakuan terhadap wanita.
▪ Norma-norma bergaul dengan isteri.
▪ Hak seseorang sesuai dengan kewajibannya.
▪ Perlakuan ahli kitab terhadap kitab-kitab yang diturunkan kepadanya.
▪ Dasar-dasar pemerintahan.
▪ Cara mengadili perkara.
▪ Keharusan siap-siaga terhadap musuh.
▪ Sikap-sikap orang munafik dalam menghadapi peperangan.
▪ Berperang di jalan Allah adalah kewajiban tiap-tiap mukalaf.
▪ Norma dan adab dalam peperangan.
▪ Cara menghadapi orang-orang munafik.
▪ Derajat orang yang berjihad.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176
Audio

Ayat 1 sampai 176 + Terjemahan
Statistik QS. 4:171
-
Rating RisalahMuslim
Ayat ini terdapat dalam surah An Nisaa'.
Surah An-Nisa’ (bahasa Arab:النسآء, an-Nisā, “Wanita”) terdiri atas 176 ayat dan tergolong surah Madaniyyah.
Dinamakan An- Nisa (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain.
Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surah At-Talaq Dalam hubungan ini biasa disebut surah An-Nisa dengan sebutan: Surah An-Nisa Al Kubra (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan: Surah An-Nisa As-Sughra (surah An-Nisa yang kecil).
Nomor Surah | 4 |
---|---|
Nama Surah | An Nisaa’ |
Arab | النّساء |
Arti | Wanita |
Nama lain | Al-Nisa Al-Kubra (Surah Al-Nisa yang Besar) |
Tempat Turun | Madinah |
Urutan Wahyu | 92 |
Juz | Juz 4 (ayat 1-23), juz 5 (ayat 24-147), juz 6 (ayat 148-176) |
Jumlah ruku’ | 0 |
Jumlah ayat | 176 |
Jumlah kata | 3764 |
Jumlah huruf | 16327 |
Surah sebelumnya | Surah Ali ‘Imran |
Surah selanjutnya | Surah Al-Ma’idah |
User Review
4.9 (13 votes)URL singkat: risalahmuslim.id/4-171
Pembahasan:
Quran 4:171, 4 171, 4-171, An Nisaa' 171, tafsir surat AnNisaa 171, AnNisa 171, An-Nisa’ 171
Video
An-Nisa' ayat 171
Sebelumnya
Selanjutnya












Panggil Video Lainnya
Podcast
- 🔉 Bersumpah Tidak Menyentuh Istrinya, Apakah disebut Cerai? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Bagaimana Cara Agar Dakwah tidak Menyinggung Perasaan – KonsultasiSyariah
- 🔉 Lima kiat agar doa kita mudah diijabah – Ust. Khalid Basalamah
- 🔉 Apakah Membaca Surat Jin Malam Hari, Jin akan Hadir – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 10): Ruqyah & Jimat ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Sifat Shalat Nabi (Eps. 1) : Persiapan Shalat ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 45): Orang yang Tidak Rela Bersumpah dengan Nama Allah ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Apa Makna Berkata Uff kepada Orang Tua? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Mengapa Setelah Salat Kita Istighfar? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Pengakuan Dokter Non Muslim tentang manfaat Puasa – Ust. Khalid Basalamah