Lafaz dunyaa berasal dari lafaz ad dunuww kemudian al waw diganti dengan al yaa karena lafaz yang berwazan fu’laa, sekiranya memiliki al waw pada akhirannya, maka ia diganti dengan al yaa. Dinamakan dunyaa karena dekatnya dan kedatangan akhirat.
Ia juga bermakna lawan dari akhirat, nama bagi kehidupan ini karena akhirat jauh darinya, bumi dan segala yang terdapat di permukaannya, alam tempat kita diami, perihal bidang dan lapangan.
Al Kafawi berkata,
“Ia adalah nama bagi apa yang ada di bawah bulan.”
Lafaz dunyaa disebut sebanyak 115 kali di dalam Al Qur’an yaitu dalam surah:
-Al Baqarah (2), ayat 85, 86, 114, 130, 200, 201, 204, 212, 217, 220;
-Ali Imran (3), ayat 14, 22, 45, 56, 117, 145, 148, 152, 185;
-An Nisaa(4), ayat 74, 77, 94, 109, 134 (dua kali);
-Al Maa’idah (5), ayat 33, 41;
-Al An’aam (6), ayat 29, 32, 70, 130;
-Al A’raaf (7), ayat 32, 51, 152, 156;
-Al Anfaal (8), ayat 42, 67;
-At Taubah (9), ayat 38 (dua kali), 55, 69, 74, 85;
-Yunus (10), ayat 7, 23, 24, 64, 70, 88, 98;
-Hud (11), ayat 15, 60;
-Yusuf (12), ayat 101;
-Ar Ra’d (13), ayat 26 (dua kali), 34;
-Ibrahim (14), ayat 3, 27;
-An Nahl (16), ayat 30, 41, 107, 122;
-Al Kahfi (18), ayat 28, 45, 46, 104;
-Tha Ha (20), ayat 72, 131;
-Al Hajj (22), ayat 11, 15;
-Al Mu’minuun (23), ayat 33, 37;
-An Nuur (24), ayat 14, 19, 23, 33;
-Al Qashash (28), ayat 42, 60, 61, 77;
-Al Ankabut (29), ayat 79, 25, 27; 64;
-Ar Rum (30), ayat 7;
-Luqrnan (31), ayat 15, 33;
-Al Ahzab (33), ayat 28, 57;
-Faathir (35), ayat 5;
-Ash Shaffaat (37), ayat 6;
-Az Zumar (39), ayat 10, 26;
-Al Mu’min (40), ayat 39, 43, 51;
-Fushshilat (41), ayat 12, 16, 31;
-Asy Syuura (42), ayat 20, 36;
-Az-Zukhruf (43), ayat 32, 35;
-Al Jaatsiyah (45), ayat 24, 35;
-Al Ahqaf (46), ayat 20;
-Muhammad (47), ayat 36;
-An Najm (53), ayat 29;
-Al Hadid (57), ayat 20 (dua kali);
-Al Hasyr (59), ayat 3;
-Al Mulk (67), ayat 5;
-An Naazi’aat (79), ayat 38;
-Al A’laa (87), ayat 16.
Kebanyakan lafaz dunyaa digandengkan dengan akhirat dan juga kebanyakannya dihubungkan dengan al hayaah maknanya kehidupan dunia.
Apabila berhubungan dengan kehidupan dunia, Al Qur’an memberinya beberapa gelaran yaitu:
1. Dunia hanyalah mataa’al ghuurur artinya benda tipuan.
Maknanya kehidupan ini selalu menipu dan merayu manusia sehingga sering kali manusia lupa pada kehidupan yang sebenarnya.
Tipu daya hidup ini sering kali menipu manusia sehingga hatinya terpaut dan terikat dengan dunia.
Oleh karena itu, ayat ini menerangkan kehinaan dunia dan kefanaannya yang sebentar lagi musnah.
Qatadah berkata,
“Maknanya ialah benda (kenikmatan) yang akan ditinggalkan.
Oleh karena itu, ambillah ia dan taat kepada Allah semampu kamu'” Dalam hadits dikatakan, “Demi Allah! Kehidupan dunia berbanding akhirat adalah bagaikan salah seorang kamu menenggelamkan jari kedalam lautan, lalu lihatlah apa yang tertinggal di jari kamu (bila kamu mengangkatnya).”
2. Kenikmatan dan kebendaan yang qaliil yaitu sedikit.
Kenikmatan dan kebendaan yang banyak sekiranya ia fana dan hilang ia dinamakan sedikit, apatah lagi dengan sedikit yang lenyap lagi fana, atau apa yang dinikmati dari kelezatan dunia cepat hilang dan terbatas serta fana.
3. Kehidupan dunia hanyalah la’ib wa lahw yaitu tempat senda gurau dan bermain-main saja serta menjadi tempat mencari kesenangan bagi orang yang menyekutukan Allah.
Al Qurtubi berkata,
“Dunia adalah sesuatu yang dipermainkan olehnya dan dilalaikan dengannya yaitu apa yang diberikan Allah kepada orang kaya dari dunia, musnah dan lenyap seperti sebuah permainan yang tidak wujud dalamnya ketetapan dan hakikat.”
Dengan penjelasan Al Qur’an pada hakikat dan kedudukan dunia, sekali lagi Al Quran menyamakan kebendaan dunia yang menipu, hilang dan fana seperti air hujan yang turun dari langit dan bersatu dengan bumi lalu keluar darinya tumbuh-tumbuhan yang lebat dan rimbun lalu ia menjadi kering, hancur dan bertebaran diterbangkan oleh angin ke kiri dan ke kanan.
Bagi yang membelanjakan harta benda demi mendapat kepentingan dunia, Al Quran juga mengumpamakannya seperti angin yang di dalamnya ada udara yang dingin yang kering pada musim dingin, tidak membawa kesuburan melainkan kemusnahan.
Bukan ajaran Ilahi yang dapat mereka kalahkan melainkan kebun dan tanaman mereka sendirilah yang akan punah dan musnah karena apabila tanaman itu menjadi kering, ia mudah terbakar karena zat air tidak ada lagi di dalamnya.
Lafaz ad dunyaa digandengkan dengan as samaa yaitu as sama ad dunyaa yang terdapat dalam surah:
-Ash Shaffaat (37), ayat 6;
-Fushshilat (41), ayat 12;
-Al Mulk (67), ayat 5.
Maksudnya ialah langit yang dekat dengan kamu.
Ia dihiasi dengan keindahan planet-planet dan bintang-bintang yang bercahaya dan berkilau, berguna untuk melempar dan memburu syaitan apabila ia hendak mencuri pendengaran, datang kilat yang menyambar sehingga membakarnya.
Maksudnya “meteor” melempar syaitan yang terlepas dari bintang itu karena pada hakikatnya adalah satu bulatan seperti bumi juga yang tetap pada halnya.
Sebagaimana fungsinya yang diterangkan dalam surah Al Mulk.
Qatadah berkata,
“Allah menciptakan bintang-bintang untuk tiga kegunaan, yaitu:
(1) Perhiasan langit;
(2) Pemanah syaitan;
(3) Memberi petunjuk dalam perjalanan.
Sekiranya ada orang lain yang ingin menambahkannya orang itu mengada adakan ilmu.
Maksudnya Muhammad bin Ka’ab menerangkan, “Demi Allah! tidak ada orang di bumi mempunyai bintang di langit namun sebenarnya mereka ingin bermain tilik-menilik lalu dihubungkannya dengan bintang di langit”
Sumber : Kamus Al Qur’an, PTS Islamika SDN BHD, Hal: 232-234