Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya.
Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya.
Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan.
―QS. 2:74
For indeed, there are stones from which rivers burst forth, and there are some of them that split open and water comes out, and there are some of them that fall down for fear of Allah.
And Allah is not unaware of what you do.
―QS. 2:74
ثُمَّ | kemudian Then |
---|---|
قَسَتْ | menjadi keras hardened |
قُلُوبُكُم | hatimu your hearts |
مِّنۢ | dari from |
بَعْدِ | setelah after |
ذَٰلِكَ | demikian that |
فَهِىَ | maka ia so they |
كَٱلْحِجَارَةِ | seperti batu (became) like [the] stones |
أَوْ | atau or |
أَشَدُّ | lebih/sangat stronger |
قَسْوَةً | keras (in) hardness. |
وَإِنَّ | dan sesungguhnya And indeed, |
مِنَ | dari from |
ٱلْحِجَارَةِ | batu-batu the stones |
لَمَا | sungguh ada certainly (there are some) which |
يَتَفَجَّرُ | mengalir gush forth |
مِنْهُ | daripadanya from it |
ٱلْأَنْهَٰرُ | sungai-sungai [the] rivers, |
وَإِنَّ | dan sesungguhnya and indeed, |
مِنْهَا | daripadanya from them |
لَمَا | sungguh ada certainly (there are some) which |
يَشَّقَّقُ | terbelah split, |
فَيَخْرُجُ | lalu keluar so comes out |
مِنْهُ | daripadanya from it |
ٱلْمَآءُ | air [the] water, |
وَإِنَّ | dan sesungguhnya and indeed, |
مِنْهَا | daripadanya from them |
لَمَا | sungguh ada certainly (there are some) which |
يَهْبِطُ | terjatuh (meluncur) fall down |
مِنْ | dari from |
Tafsir surah Al Baqarah (2) ayat 74
Tafsir QS. Al Baqarah (2) : 74. Oleh Kementrian Agama RI
Dalam ayat ini diungkapkan watak orang-orang Yahudi.
Sesudah mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar dan sudah pula memahami kebenaran, hati mereka keras membatu bahkan lebih keras lagi.
Allah mengumpamakan hati orang Yahudi itu dengan batu yang dalam istilah geologi digunakan untuk menyebut segala macam benda yang merupakan spesies dari karang, atau materi seperti karang yang bersifat keras, untuk menunjukkan kekerasan hati mereka untuk menerima petunjuk Allah.
Bahkan mungkin lebih keras lagi.
Walaupun batu itu keras, tetapi pada suatu saat dan oleh suatu sebab dapat terbelah atau retak.
Dari batu yang retak itu memancarlah air, dan kemudian berkumpul menjadi anak-anak sungai.
Kadang-kadang batu-batu itu jatuh dari gunung karena patuh kepada kekuasaan Allah.
Demikianlah halnya hati orang Yahudi lebih keras dari batu bagaikan tak mengenal retak sedikit pun.
Hati mereka tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran agama ataupun nasihat-nasihat yang biasanya dapat menembus hati manusia.
Namun demikian, di antara hati yang keras membatu itu terdapat hati yang disinari iman, sehingga hati itu berubah dari keras menjadi lembut karena takut kepada Allah.
Yang demikian itu banyak disaksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Hati yang tadinya biasa membangkang menentang agama akhirnya menjadi lembut, orang yang biasanya berbuat maksiat menjadi orang yang taat berkat petunjuk Allah.
Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada yang beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu, dan yang diturunkan kepada mereka, karena mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak memperjualbelikan ayat-ayat Allah dengan harga murah.
Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya.
Sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
(Ali Imran [3]: 199)
Demikian pula pada ayat lain, Allah ﷻ berfirman:
Dan di antara orang-orang Arab Badui itu, ada yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang diinfakkannya (di jalan Allah) sebagai jalan mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai jalan untuk (memperoleh) doa Rasul.
(at-Taubah [9]: 99)
Menurut saintis, kata
“hati”
tidak menunjuk pada organ hati (liver), melainkan umumnya mengacu kepada jantung.
Jantung adalah suatu organ bagian dalam, terletak di bagian dada dan berukuran sebesar kepalan tangan.
Jantung terbagi dalam dua sisi, yaitu sisi kanan dan sisi kiri.
Setiap sisi terbagi lagi menjadi dua ruang, yaitu ruang atas (atrium) dan ruang bawah (Ventrikel).
Ruang-ruang itu berdenyut sebanyak 70 kali per menit untuk menjaga aliran darah ke seluruh tubuh.
Apabila dihitung, maka jantung akan berdenyut sebanyak lebih dari 30 juta kali dalam setahunnya.
Perjalanan darah, apabila diukur dan dimulai dari paru-paru dan jantung, akan mengalir melalui urat darah di seluruh tubuh sepanjang 96.000 km.
Jarak tersebut ditempuh dalam 23 detik setiap kali putaran.
Terlihat bagaimana pentingnya peran jantung dalam kehidupan manusia.
Kata jantung dalam bahasa Arab adalah ‘qalb.
Kata tersebut juga digunakan untuk maksud lain, yaitu untuk mengartikan perasaan atau kalbu.
Kalbu, sebagaimana jantung, dalam kehidupan juga sangat penting.
Nabi Muhammad ﷺ, setelah mencontohkan banyak hal mengenai kebaikan dan keburukan, mengatakan mengenai kalbu dalam artian pusat rasa atau pusat kepekaan, demikian:
“…..
Sesungguhnya dalam diri manusia ada segumpal daging sebesar kunyahan, apabila baik, baiklah seluruh jasad dan apabila rusak, rusaklah seluruh jasad.
Ia adalah kalbu.”
(Riwayat Bukhari melalui Nu’man bin Basyir)
Jantung atau kalbu sering juga disandingkan dengan
“hati”.
Seringkali disatukan dan menjadi jantung-hati.
Ada beberapa ayat terkait mengenai hati dan kepekaan, dua di antaranya adalah Surah al-Isra’ [17]: dan Qaf [50]: 37 sebagai berikut:
“Dan Kami jadikan hati mereka terutup dan telinga mereka tersumbat, agar mereka tidak dapat memahaminya.
Dan apabila engkau menyebut Tuhanmu saja dalam Al-Quran, mereka berpaling ke belakang melarikan diri (karena benci).”
(al-Isra’ [17]: 46)
“Sungguh, pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengaran, sedang dia menyangsikannya.”
(Qaf [50]: 37)
Dalam bahasa Alquran, disebutkan bahwa hati yang ditutup akan menjadikan pemiliknya tidak dapat menerima kebenaran apalagi mengikutinya.
Ia hanya dapat mengikuti hal-hal yang tidak sejalan dengan yang hak, yakni hawa nafsu.
Penutupan hati yang dilakukan Allah adalah sebagai dampak dari perbuatan mereka sendiri.
Mereka enggan menggunakan pendengaran, penglihatan dan hatinya, sehingga pada akhirnya hati berkarat dan tertutup.
Secara tradisional, orang menganggap bahwa komunikasi antara kepala/otak (akal) dan jantung/hati (perasaan) berlangsung satu arah, yaitu bagaimana hati bereaksi terhadap apa yang diperintahkan otak.
Akan tetapi, sekarang terungkap bahwa komunikasi antara hati dan otak berlangsung sangat dinamis, terus menerus, dua arah, dan setiap organ tersebut saling mempengaruhi fungsi mereka satu sama lain.
Suatu penelitian mengungkap bahwa hati melakukan komunikasi ke otak dalam empat jalan, yaitu:
(1) transmisi melalui syaraf,
(2) secara biokimia melalui hormon dan transmiter syaraf,
(3) secara biofisik melalui gelombang tekanan,
(4) secara energi melalui interaksi gelombang elektromagnetik.
Semua bentuk komunikasi tersebut mengakibatkan terjadinya aktivitas di otak.
Penelitian mengungkapkan bahwa pesan yang disampaikan hati kepada otak akan mempengaruhi perilaku.
Selama ini para ahli mempercayai bahwa medan elektromagnetik hati adalah medan yang paling kuat yang dimiliki manusia.
Medan ini tidak hanya mempengaruhi setiap sel yang ada dalam tubuhnya, akan tetapi juga mencakup ke segala arah ruang di sekitarnya.
Diduga bahwa medan elektromagnetik adalah pembawa informasi yang sangat penting.
Bahkan dapat dibuktikan pula bahwa medan elektromagnetik seseorang dapat mempengaruhi cara kerja otak orang lain.
Kemudian, setelah terlihat bukti-bukti ini semuanya, kalian masih juga tidak mau memenuhi panggilan dan seruan Musa.
Kalian masih juga tidak mau berjalan di jalan yang benar.
Masih belum lunak dan belum tunduk juga hati kalian.
Bahkan sebaliknya, hati kalian menjadi semakin keras bagai batu atau bahkan lebih keras dari batu.
Batu terkadang masih bisa terpengaruh dan berubah oleh benda lain.
Ada bebatuan yang memancarkan air sehingga membentuk sungai.
Ada pula batu yang terbelah kemudian memancarkan mata air yang menyembur.
Ada pula batu yang terpengaruh di bawah kekuasaan Allah dan tunduk pada kehendak-Nya, sehingga meluncur jatuh dari puncak gunung untuk memenuhi kehendak Allah.
Sedangkan hati kalian, wahai orang-orang Yahudi, tidak terpengaruh dan tidak menjadi lunak sedikit pun.
Sungguh celaka kalian karena perbuatan itu.
Allah tidak akan lengah dari perbuatan kalian.
Dia akan memberikan pelajaran bagi kalian dengan berbagai macam musibah, apabila kalian tidak mau bersyukur atas nikmat- nikmat-Nya
Akan tetapi kalian tidak mengambil manfaat apapun dari semua itu, karena setelah mukjizat-mukjizat yang luar biasa ini, justru hati kalian semakin keras dan membatu.
Kebaikan tidak bisa menyusup kedalamnya, tidak menjadi lunak di depan ayat-ayat yang mengagumkan yang Aku perlihatkan kepada kalian, sehingga hati kalian seperti batu pejal, antara batu ada yang terbelah dan terbuka sehingga ia memancarkan air dengan deras dan membentuk sungai yang mengalir.
Di antara batu ada yang terpecah dan terbelah sehingga darinya memancar mata air dan sumber-sumber air.
Dan di antara batu ada yang jatuh dari atas gunung karena takut kepada Allah dan pengagungannya kepada-Nya.
Dan Allah tidak lalai dari apa yang kalian lakukan.
(Kemudian hatimu menjadi keras) ditujukan kepada orang-orang Yahudi hingga tak dapat dimasuki kebenaran
(setelah itu) yakni setelah peristiwa dihidupkannya orang yang telah mati dan kejadian-kejadian sebelumnya,
(maka ia adalah seperti batu) dalam kerasnya
(atau lebih keras lagi) daripada batu.
(Padahal di antara batu-batu itu sesungguhnya ada yang mengalir anak-anak sungai daripadanya dan di antaranya ada pula yang terbelah) asalnya ‘yatasyaqqaqu’ lalu ta diidgamkan pada syin hingga menjadi ‘yasysyaqqaqu’
(lalu keluarlah air daripadanya dan sesungguhnya di antaranya ada pula yang jatuh meluncur) dari atas ke bawah
(karena takut kepada Allah) sebaliknya hatimu tidak terpengaruh karenanya serta tidak pula menjadi lunak atau tunduk.
(Dan Allah sekali-kali tidak lengah terhadap apa yang kamu kerjakan) hanya ditangguhkan-Nya menjatuhkan hukuman hingga saatnya nanti.
Menurut satu qiraat bukan ‘ta`maluun’ tetapi ‘ya`maluun’, artinya ‘yang mereka kerjakan,’ sehingga berarti mengalihkan arah pembicaraan.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mencemoohkan Bani Israil dan memberikan peringatan kepada mereka melalui tanda-tanda kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala dan penghidupan orang-orang yang telah mati, semuanya itu mereka saksikan dengan mata kepala mereka sendiri.
Tetapi ternyata mereka tetap keras, seperti yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras.
Artinya, setelah semuanya itu justru hati kalian menjadi keras seperti batu yang tidak pernah lunak selama-lamanya.
Karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala melarang kaum mukmin berperilaku seperti mereka, sebagaimana yang dinyatakan di dalam firman-Nya:
Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka), dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Al-Kitab kepadanya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka, lalu hati mereka menjadi keras.
Dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik.
(QS. Al-Hadid [57]: 16)
Al-Aufi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan dari Ibnu Abbas:
Ketika si terbunuh dipukul dengan salah satu anggota badan sapi betina tersebut, maka si terbunuh duduk, hidup kembali seperti semula.
Lalu ditanyakan kepadanya,
“Siapakah yang telah membunuhmu?”
Ia menjawab,
“Anak-anak saudaraku yang telah membunuhku,”
kemudian ia mati lagi.
Selanjutnya anak-anak saudaranya di saat si terbunuh dicabut lagi nyawanya oleh Allah mereka mengatakan,
“Demi Allah, kami tidak membunuhnya.”
Mereka mendustakan perkara yang hak sesudah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri.
Maka Allah berfirman:
Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Yakni khitab ditujukan kepada anak-anak saudara si terbunuh.
Dalam firman selanjutnya disebutkan:
perihalnya sama seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Maka setelah berlalunya masa, jadilah hati kaum Bani Israil keras dan tidak mempan lagi dengan nasihat dan pelajaran, sesudah mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri tanda-tanda kebesaran Allah dan berbagai mukjizat.
Kekerasan hati mereka sama dengan batu yang mustahil dapat menjadi lunak, bahkan lebih keras lagi dari batu.
Karena sesungguhnya di antara bebatuan terdapat batu yang dapat rnengalirkan mata air darinya hingga membentuk sungai-sungai.
Di antaranya lagi ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya, sekalipun tidak mengalir.
Di antaranya ada yang meluncur jatuh dari atas bukit karena takut kepada Allah, hal ini menunjukkan bahwa benda mati pun mempunyai perasaan mengenai hal tersebut disesuaikan dengan keadaannya, seperti yang dijelaskan oleh ayat lain, yaitu firman-Nya:
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kalian tidak mengerti tasbih mereka.
Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.
(QS. Al Israa [17]: 44)
Ibnu Abu Nujaih meriwayatkan dari Mujahid bahwa ia pernah mengatakan,
“Setiap batu yang memancar darinya air atau terbelah mengeluarkan air, atau meluncur jatuh dari atas bukit, sungguh hal ini terjadi karena takut kepada Allah.
Demikian menurut keterangan yang diturunkan oleh Alquran.”
Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan, telah menceritakan kepadanya Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya:
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai darinya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air darinya dan di antaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Yakni sesungguhnya di antara batu-batu itu terdapat batu yang lebih lunak daripada hati kalian, keadaannya tidaklah seperti kebenaran yang kalian dakwakan itu.
Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Abu Ali Al-Jayyani di dalam kitab tafsirnya mengatakan sehubungan dengan tafsir firman-Nya:
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
Maksudnya, jatuh meluncur seperti jatuhnya salju dari awan.
Menurut Al-Qadi Al-Baqilani takwil ini jauh dari kebenaran, pendapatnya itu diikuti oleh Ar-Razi.
Memang demikian kenyataannya, mengingat makna yang menyimpang dari lafaz tanpa dalil tidaklah dibenarkan.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Hisyam As-Saqafi, telah menceritakan kepadaku Yahya ibnu Abu Talib (yakni Yahya ibnu Ya’qub) sehubungan dengan firman-Nya:
Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang mengalir sungai-sungai darinya.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Artinya yaitu banyak menangis.
Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang terbelah, lalu keluarlah mata air.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Makna yang dimaksud ialah sedikit menangis.
Dan sesungguhnya di antara batu-batu itu ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah.
(QS. Al-Baqarah [2]: 74)
Yakni tangisan hati tanpa air mata.
Sebagian ulama menduga bahwa makna ayat ini termasuk ke dalam Bab
“Majaz”,
yaitu menyandarkan khusyuk kepada batu-batuan, seperti halnya makna menyandarkan kehendak kepada tembok yang ada dalam firman-Nya:
hendak runtuh (roboh).(QS. Al-Kahfi [18]: 77)
Al-Razi dan Al-Qurtubi serta selain keduanya dari kalangan para imam ahli tafsir mengatakan bahwa takwil seperti ini tidak diperlukan, karena sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala menciptakan watak tersebut pada diri batu, seperti halnya yang disebutkan di dalam ayat lainnya, yaitu firman-Nya:
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya.
(QS. Al-Ahzab [33]: 72)
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah.
(QS. Al Israa [17]: 44)
Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan kedua-duanya tunduk kepada-Nya.
(QS. Ar-Rahman [55]: 6)
Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik.
(QS. Al-Hijr [15]: 48)
keduanya (langit dan bumi) menjawab,
“Kami datang dengan suka hati.”
(QS. Fushshilat [41]: 11)
Kalau sekiranya Kami menurunkan Alquran ini kepada sebuah gunung.
(QS. Al-Hasyr [59]: 21)
Dan mereka berkata kepada kulit mereka,
“Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?”
Kulit mereka menjawab,
“Allah yang telah menjadikan kami dapat berbicara ….”
(QS. Fushshilat [41]: 21)
Di dalam sebuah hadis disebutkan:
Gunung ini (yakni Gunung Uhud) adalah gunung yang mencintai kami dan kami mencintainya.
Hadis lainnya ialah seperti hadis yang menceritakan rintihan dan tangisan batang pohon kurma ketika ditinggalkan oleh Nabi ﷺ, seperti yang dijelaskan di dalam hadis yang mutawatir.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan sebuah hadis:
Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui sebuah batu di Mekah yang pernah mengucapkan salam penghormatan kepadaku sebelum aku diangkat menjadi utusan (rasul), sesungguhnya aku sekarang benar-benar masih mengetahui tempatnya
Demikian pula hadis yang menceritakan tentang sifat hajar aswad.
Di dalamnya disebutkan bahwa di hari kiamat kelak hajar aswad akan menjadi saksi yang membela orang yang pernah mengusapnya.
Masih banyak hadis lainnya yang menceritakan hal yang semakna.
Imam Qurtubi mengetengahkan sebuah pendapat yang mengatakan bahwa huruf ‘ataf dalam ayat ini (QS. Al-Baqarah [2]: 74)
mengandung makna takhyir, yakni misal untuk ini dan misal untuk itu.
Contohnya dalam perkataan orang-orang Arab,
“Jalisil hasana au Ibnu Sinn”
(duduklah dengan Hasan atau Ibnu Sirin).
Demikian pula yang diriwayatkan oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya.
Tetapi Ar-Razi menambahkan pendapat yang lain, yaitu yang mengatakan bahwa huruf ‘ataf yang ada dalam ayat ini menunjukkan makna ibham bila dihubungkan dengan mukhatab (lawan bicara).
Perihalnya sama dengan ucapan seseorang kepada lawan bicaranya,
“Kamu telah makan roti atau kurma,”
padahal si pembicara mengetahui mana yang dimakan oleh si lawan bicara.
Pendapat lain mengatakan bahwa huruf ‘ataf dalam ayat ini semakna dengan ucapan seseorang,
“Makanlah manisan atau asam-asaman.”
Dengan kata lain, tidak dapat makan selain dari salah satu di antara keduanya.
Yakni hati kalian telah menjadi keras seperti batu atau lebih keras lagi daripada itu.
Dengan kata lain, keadaan hati mereka tidak keluar dari salah satu di antara kedua pengertian tersebut.
Para ulama bahasa Arab berbeda pendapat mengenai makna firman-Nya, maka hati mereka keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
sesudah adanya kesepakatan di antara mereka bahwa mustahil huruf ‘ataf’ ini bermakna syak (ragu).
Sebagian dari mereka mengatakan bahwa huruf au dalam ayat ini bermakna sama dengan huruf wawu (bermakna dan).
Bentuk lengkapnya adalah seperti berikut:
Fahiya kal hijarati wa asyaddu qaswah (maka hati mereka keras seperti batu dan lebih keras lagi).
Perihalnya sama dengan makna yang terkandung di dalam ayat lain, yaitu firman-Nya:
dan janganlah kamu ikuti orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.
(QS. Al-Insaan:
24)
untuk menolak alasan-alasan dan memberi peringatan.
(QS. Al-Mursalaat:
6)
Menurut Ibnu Jarir, makna yang dimaksud ialah ‘mereka menghendaki burung merpati itu, juga separo dari merpati miliknya’.
Ibnu Jarir mengatakan, makna yang dimaksud ialah bahwa si Mamduh memperoleh kekhalifahan yang sudah merupakan kepastian baginya.
Ulama lainnya mengatakan bahwa huruf au dalam ayat ini (QS. Al-Baqarah [2]: 74)
bermakna bal (bahkan), hingga bentuk lengkapnya ialah seperti berikut:
Fahiya kal hijarati bal asyaddu qaswah (maka hati mereka keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi).
Perihalnya sama dengan pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat takut dari itu.
(An Nisaa:
77)
Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang, bahkan lebih.
(Ash Shaaffat:
147)
Maka jadilah dia dekat (pada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah, bahkan lebih dekat (lagi).
(An Najm:9)
Ulama lainnya mengatakan bahwa makna au adalah menurut aslinya, yaitu:
Maka hatinya keras seperti batu atau lebih keras lagi daripada batu yang biasa kalian lihat.
Demikian menurut riwayat Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir mengatakan, para ulama berpendapat bahwa Abul Aswad sama sekali tidak meragukan bahwa cinta kepada orang-orang yang telah dia sebut namanya itu dianggap sebagai jalan menuju ke arah petunjuk (hidayah), tetapi dia ungkapkan hal ini secara mubham (menyamarkan) terhadap lawan bicaranya.
Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa telah disebutkan suatu riwayat dari Abul Aswad sendiri ketika dia mengatakan bait-bait syair ini ada orang yang bertanya kepadanya,
“Apakah engkau merasa ragu?”
Maka ia menjawab,
“Sama sekali tidak, demi Allah.”
Kemudian ia membantahnya dengan membacakan firman-Nya:
dan sesungguhnya kami atau kalian (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata.
(Saba’:
24)
Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa orang yang diberitakan hal ini berada dalam keraguan, siapakah di antara mereka yang mendapat petunjuk dan siapa pula yang sesat?
Sebagian ulama mengatakan bahwa makna ayat ini ialah hati kalian tidak terlepas dari kedua misal ini, adakalanya keras seperti batu, dan adakalanya lebih keras lagi dari itu.
Ibnu Jarir mengatakan, be-dasarkan takwil ini berarti makna yang dimaksud ialah bahwa sebagian dari hati mereka ada yang keras seperti batu, dan sebagian yang lain ada yang lebih keras daripada batu.
Pendapat inilah yang dinilai rajih (kuat) oleh Ibnu Jarir disertai pengarahan lainnya.
Menurut kami, pendapat terakhir ini mirip dengan beberapa pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya, yaitu:
Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api.
(QS. Al-Baqarah [2]: 17)
atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit.
(QS. Al-Baqarah [2]: 19)
Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana.
(An-Nur.
39)
Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam.
(An Nuur:
40)
Dengan kata lain, di antara mereka ada yang seperti ini dan ada yang seperti itu.
Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ayyub, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abus-Salj, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdullah ibnu Hatib, dari Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda:
Janganlah kalian banyak bicara selain zikir kepada Allah, karena sesungguhnya banyak bicara selain zikir kepada Allah mengakibatkan hati menjadi keras.
Sesungguhnya sejauh-jauh manusia dari Allah ialah orang yang berhati keras.
Imam Turmuzi meriwayatkan pula hadis ini di dalam Kitabuz Zuhdi di dalam kitab Jami’-nya.
dari Muhammad ibnu Abdullah ibnu Abus Salj (murid Imam Ahmad) dengan lafaz yang sama.
Ia meriwayatkannya pula dari jalur yang lain melalui Ibrahim ibnu Abdullah ibnul Haris ibnu Hatib dengan lafaz yang sama.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa hadis ini berpredikat garib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur Ibrahim.
Al-Bazzar meriwayatkan sebuah hadis melalui Anas secara marfu’ yaitu:
Ada empat pekerti yang menyebabkan kecelakaan, yaitu kerasnya mata (tidak pernah menangis karena Allah), hati yang keras.
panjang angan-angan, dan rakus terhadap keduniawian.
Seluruh ayat dari surat Al Baqarah termasuk golongan Madaniyyah, merupakan surat yang terpanjang di antara surat-surat Alquran yang di dalamnya terdapat pula ayat yang terpanjang (ayat 282).
Surat ini dinamai “Al Baqarah” karena di dalamnya disebutkan kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67 sarnpai dengan 74), dimana dijelaskan watak orang Yahudi pada umumnya.
Dinamai “Fusthaathul-Qur’an” (puncak Alquran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surat yang lain.
Dinamai juga surat “alif-laam-miim” karena surat ini dimulai dengan Alif-laam-miim.
Keimanan:
▪ Dakwah Islamiyah yang dihadapkan kepada umat Islam, ahli kitab dan para musyrikin.
Hukum:
▪ Perintah mengerjakan shalat.
▪ Menunaikan zakat.
▪ Hukum puasa.
▪ Hukum haji dan umrah.
▪ Hukum qishash.
▪ Hal-hal yang halal dan yang haram.
▪ Bernafkah di jalan Allah.
▪ Hukum arak dan judi.
▪ Cara menyantuni anak yatim, larangan riba.
▪ Hutang piutang.
▪ Nafkah dan yang berhak menerimanya.
▪ Wasiyat kepada dua orang ibu bapak dan kaum kerabat.
▪ Hukum sumpah.
▪ Kewajiban menyampaikan amanat.
▪ Sihir.
▪ Hukum merusak masjid.
▪ Hukum merubah kitab-kitab Allah.
▪ Hukum haidh, ‘iddah, thalak, khulu’, ilaa’.
▪ Hukum susuan.
▪ Hukum melamar.
▪ Mahar larangan mengawini wanita musyrik dan sebaliknya.
▪ Hukum perang.
Kisah:
▪ Kisah penciptaan Nabi Adam `alaihis salam.
▪ Kisah Nabi Ibrahim `alaihis salam.
▪ Kisah Nabi Musa `alaihis salam dengan Bani Israil.
Lain-lain:
▪ Sifat-sifat orang yang bertakwa.
▪ Sifat-sifat orang munafik.
▪ Sifat-sifat Allah.
▪ Perumpamaan-perumpamaan.
▪ Kiblat.
▪ Kebangkitan sesudah mati.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286
Audio

Ayat 1 sampai 286 + Terjemahan
Statistik QS. 2:74
- Rating RisalahMuslim
Ayat ini terdapat dalam surah Al Baqarah.
Surah Al-Baqarah (Arab: سورة البقرة, bahasa Indonesia: “Sapi Betina”) adalah surah ke-2 dalam Alquran.
Surah ini terdiri dari 286 ayat, 6.221 kata, dan 25.500 huruf dan tergolong surah Madaniyah.
Surah ini merupakan surah dengan jumlah ayat terbanyak dalam Alquran.
Surah ini dinamai al-Baqarah yang artinya Sapi Betina sebab di dalam surah ini terdapat kisah penyembelihan sapi betina yang diperintahkan Allah kepada Bani Israil (ayat 67-74).
Surah ini juga dinamai Fustatul Qur’an (Puncak Alquran) karena memuat beberapa hukum yang tidak disebutkan dalam surah yang lain.
Dinamai juga surah Alif Lam Mim karena ayat pertama di surah berisi tiga huruf arab yakni Alif, Lam, dan Mim.
Nomor Surah | 2 |
---|---|
Nama Surah | Al Baqarah |
Arab | البقرة |
Arti | Sapi Betina |
Nama lain | Fasthath al-Qur’an, Sanam al-Qur’an (Puncak Al-Quran), Al-Zahrawan (Dua yang Cemerlang), Alif Lam Mim |
Tempat Turun | Madinah |
Urutan Wahyu | 87 |
Juz | Juz 1 (ayat 1-141), 2 (ayat 142-252) dan 3 (ayat 253-286) |
Jumlah ruku’ | 40 ruku’ |
Jumlah ayat | 286 |
Jumlah kata | 6156 |
Jumlah huruf | 26256 |
Surah sebelumnya | Surah Al-Fatihah |
Surah selanjutnya | Surah Ali ‘Imran |
User Review
4.2 (28 votes)URL singkat: risalahmuslim.id/2-74
Pembahasan:
Quran 2:74, 2 74, 2-74, Al Baqarah 74, tafsir surat AlBaqarah 74, Al-Baqarah 74
Video
Surah Al-Baqarah Ayat 74-79 - Ustadz Dodi Palalek Chandra
Sebelumnya
Selanjutnya












Panggil Video Lainnya
Podcast
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 27): Macam-macam Sihir ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 47): Mencaci Maki Masa ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Apakah Dilarang Kajian di Masjid Sebelum Jumatan? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Apa Makna Hadis ‘Muttafaq ‘alaih’ – KonsultasiSyariah
- 🔉 Jika Bertemu Mayit dalam Mimpi – KonsultasiSyariah
- 🔉 Apa Wanita Haid Tetap Mendapat Pahala Puasa? – KonsultasiSyariah
- 🔉 Hukum Transaksi Barang Di Black Market – KonsultasiSyariah
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 60): Larangan Mencaci Maki Angin ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 48): Bergelar “Hakim para Hakim” & Semacamnya ― Ust. M. Abduh Tuasikal
- 🔉 Kitab Tauhid (Eps. 58): Permohonan dengan Menyebut Wajah Allah ― Ust. M. Abduh Tuasikal