Oleh Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir Al-Bashri Ad-Dimasyqi:Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Atau agar kalian (tidak) mengatakan,
“Sesungguhnya jikalau kitab itu diturunkan kepada kami.
tentulah kami lebih mendapat petunjuk daripada mereka.”
Dengan kata lain, Kami sengaja memutuskan alasan kalian agar kalian jangan mengatakan,
“Sekiranya diturunkan kepada kami Kitab seperti apa yang diturunkan kepada mereka, niscaya kami akan lebih mendapat petunjuk daripada mereka dalam memahami apa yang diturunkan kepada mereka.”
Makna ayat ini sama dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya:
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah, sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk daripada salah satu umat-umat (yang lain).
(QS. Faathir [35]: 42)
Hal yang sama dikatakan dalam surat ini melalui firman-Nya:
Sesungguhnya telah datang kepada kalian keterangan yang nyata dari Tuhan kalian, petunjuk, dan rahmat.
Disebutkan bahwa telah datang kepada kalian dari Allah melalui lisan Nabi Muhammad ﷺ yang Arab, yaitu Al-Quran yang di dalamnya terkandung penjelasan mengenai halal dan haram sebagai petunjuk hati serta sebagai rahmat dari Allah buat hamba-hamba-Nya yang mau mengikutinya dan menelusuri apa yang terkandung di dalamnya.
Firman Allah subhanahu wa ta’ala :
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya.
Maksudnya tidak mau mengambil manfaat dari apa yang disampaikan oleh Rasul, tidak mau mengikuti tuntunan yang diajarkannya, serta tidak mau meninggalkan selainnya.
Bahkan berpaling, tidak mau mengikuti ayat-ayat Allah dan memalingkan orang lain darinya serta menghalang-halangi mereka untuk menerimanya.
Demikianlah menurut penafsiran As-Saddi.
Dari Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan berpaling darinya.
Yaitu memalingkan diri dari ayat-ayat Allah.
Pendapat As-Saddi dalam tafsir ayat ini mengandung kekuatan, mengingat Allah subhanahu wa ta’ala, telah berfirman:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya?
Sama halnya dengan apa yang disebutkan dalam permulaan surat, yaitu melalui firman-Nya:
Mereka melarang (orang lain) mendengarkan Alquran dan mereka sendiri menjauhkan diri darinya, dan mereka hanyalah membinasakan diri mereka sendiri.
(QS. Al-An’am [6]: 26)
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan.
(QS. Al-Hijr [15]: 88)
Sedangkan dalam ayat surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Kelak Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang berpaling dari ayat-ayat Kami dengan siksaan yang buruk, disebabkan mereka selalu berpaling.
Barangkali makna yang dimaksud sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya?
Yakni tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, tidak pula mengamalkannya.
Seperti yang disebutkan dalam ayat-lainnya melalui firman-Nya:
Dan ia tidak mau membenarkan (Rasul dan Alquran) dan tidak mau mengerjakan salat, tetapi ia mendustakan (Rasul) dan berpaling (dari kebenaran).
(QS. Al-Qiyaamah [75]: 31-32)
Masih banyak ayat lain yang menunjukkan makna bahwa orang kafir itu hatinya ingkar dan seluruh anggota tubuhnya tidak mau digerakkan untuk beramal.
Tetapi pendapat As-Saddi lebih kuat dan lebih jelas, karena Allah subhanahu wa ta’ala, telah berfirman:
Maka siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mendustakan ayat-ayat Allah dan berpaling darinya?
Sama dengan firman lainnya:
Orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah, Kami tambahkan kepada mereka siksaan di atas siksaan disebabkan mereka selalu berbuat kerusakan.
(QS. Al-Hijr [15]: 88)